Translate

Jumat, 17 Januari 2014

Mak Comblang

Jane meswara adalah seorang mak comblang terkenal di SMAnya. Jasanya sangat besar di bidang percintaan dan asmara, soal menghubungkan tali kasih antara dua mahluk berlainan jenis. Intan dan budi, Anton dan Vea, Samsul dan Yona, Tita dan Ferdi, Judhi dan Meri, Ila dan Indra, banyak lagi. Pagi ini saja ia sudah sibuk dengan urusannya. Baru saja ia memarkirkan sepeda motornya di parkiran sekolah, kliennya sudah menyambut kedatangannya dengan tidak sabaran. “Jane, bagaimana ini??, sudah seminggu aku meminta pertolongan padamu, mengapa tidak berhasil juga?” Jane menarik nafas pelan. Ia membuka helmnya sambil menatap cowok jangkung yang sering mengenakan topi itu. Namanya Chandra, Jane mengenalnya hampir setahun sejak cowok itu menjadi tetangga baru neneknya. Cowok itu tampan, tapi entah mengapa ia tidak pede dengan ketampanannya higga harus meminta pertolongan Jane untuk menjomblanginya “mugkin dia tidak cinta padamu, soalnya aku merasakah hal yang aneh padanya. Sepertinya dia tidak suka padamu” Mendengar itu wajah Chandra berubah angker “kau ini bagaimana?, kau bilang kau ini mak comblang handal?. Lalu mengapa jadi begini?” Katanya kesal setelah tau sepertinya Jane menyerah untuk membantunya. “aku tidak mungkin memaksa kehendaknya hanya karena kau seorang mak comblang!” Jane ikutan sewot. Ia menarik nafas pelan “begini saja, beri aku waktu dua hari setidaknya dia tau perasaanmu” Chandra berfikir, kemudian ia mengangguk. “dua hari ya?” Katanya mengacungkan dua jarinya tepat didepan wajah Jane. Jane mengangguk. Setelah itu Chandra pergi setelah sebelumnya mengacak-acak rambut Jane. “Euhh !!!” Sergah Jane merapikan rambutnya sambil menatap kepergian cowok jangkung itu. *** Hm,, sepertinya ada sedikit masalah. Memang tak semuanya berjalan dengan sukses. Gadis yang disukai kliennya itu kurang banyak bicara, pendiam, tertutup dan bahkan tidak punya teman akrab di kelasnya. Wah, bagaimana Jane melakukannya? Sehari hingga dua hari kemudian Jane belum juga berhasil karena gadis bernama Cahaya itu tidak hadir, entah kemana. Kata teman sebangkunya gadis itu sakit dan dan mereka tidak tau rumahnya. “bagaimana?”Tanya Chandra menghampiri Jane saat di kantin sekolah. “dia tidak_” “jangan banyak alasan, mana reputasi baikmu sebagai mak comblang. Atau aku sebar ke satu sekolah bahwa kau itu tidak ada apa-apanya” ancamnya memotong kata-kata Jane. Jane menatap cowok itu yang mengunyah permen karet. Bisa-bisanya cowok itu mengancamnya dengan merusak reputasi baiknya yang susah payah ia bangun dari nol. “oke, beri aku waktu, hmm,, tiga hari lagi. Tapi kau ikut denganku. Bagaimana aku mau menjomblangi kalian bila kau di timur dia di barat. Iya kan?, tiga hari yang akan datang itu hari yang bagus untuk menyatakan cinta. Tanggal cantik, mudahan saja pada waktu itu rencana kita berhasil” “kalau tidak berhasil?” Tanyanya menatap Jane tajam. “hmm,, harus berhasil. Jangan pesimis dong. Bukankah banyak yang menyukaimu dan jatuh hati padamu, kecuali aku ya. Hmm,, jadi dia pasti menerimamu” “kalau ternyata tidak?” “ya aku tidak tau,, mungkin kalian bukan_” “kalau tidak berhasil, kau yang jadi pacarku” “apa??!!” Jane kaget. “aku tidak setuju, itu urusanmu, mengapa di kait-kaitkan denganku” “sudah, berusahalah kalau kau memang tak mau jadi pacarku” cowok itu lagi-lagi mengancamnya. “oke?” Katanya meninggalkana Jane dengan senyuman angkuhnya itu. Jane berfikir keras bagaimana caranya agar Cahaya menerima cinta Chandra secepat mungkin. Chandra satu-satunya kliennya yang cerewet dengan segala ancaman gilanya itu. Ditambah lagi targetnya si Cahaya yang pendiam, tidak banyak bicara, tidak punya nomor HP, tidak punya teman, dan tidak jelas ada dimana sekarang. Tidak selamanya suatu usaha selalu berjalan dengan lancar. *** Hari pertama, Jane dan Chandra sibuk mencari dan mencoba mencuri hati Cahaya. Dari pagi hingga ia pulang kerumah. Tapi sepertinya Cahaya belum mau membuka hatinya untuk Chandra. Soalnya ia seolah tidak mau untuk diajak bertemu. Esoknya dihari kedua, terus berlanjut seperti itu, Jane gagal mempertemukan Chandra dan Cahaya karena gadis itu pulang cepat. Tidak ada perubahan... Sehari lagi... “kau yakinkan hatimu besok sepulang sekolah, aku harap dia menerimamu” “baiklah, kalau tidak, kau ingat janjimu” “janji apa?” “kau jadi pacarku” “euu, siapa yang mau menjadi pacar sepertimu?” “kau, bukankah kau yang bilang bahwa aku di sukai banyak cewek?” “terkecuali aku” “janji adalah janji” “aku_” Lalu apa yang terjadi esoknya? “apa?? Cahaya tidak sekolah?, pindah? Kemana? Aduh!!, matilah aku” Jane kaget setelah mendapat informasi dari teman sekelas Cahaya. “mengapa harus mati kak?” “aku_” ponsel Jane berbunyi, itu dari Chandra “kau kesini, jangan menghindar, aku sudah tau semuanya. Berani kau kabur akan aku ceritakan ke satu sekolah bahwa kau akan jadi pacarku dan aku akan menyatakan perasaanku dengan microphon sekolah” sekali lagi cowok itu mengancam. Jane kaget, cowok itu benar-benar terobsesi untuk memiliki pacar pada tanggal cantik ini. Gara-gara cintanya dak bersabut oleh Cahaya ia menjadi stress dan gila. Dengan gontai Jane melangkah menuju bangku yang tak jauh dari lapangan volly. Baru kali ini ia gagal menjomblangi orang dan baru kali ini ia mendapat masalah besar karena kegagalan itu dari kliennya. Tempat itu sepi, tidak ada anak-anak yan bermain volly maupun sekedar duduk-duduk di bangku itu. Jane mencari sosok Chandra yang tadi memintanya untuk bertemu di lapangan vollly. “Chandra” “terkadang, cinta itu datang tak terduga, meski awalnya tak suka namun bila sepasang kekasih terus bersama, saling menjaga dan menyayangi. Cinta itu akan datang dan kau takkan pernah menduganya” tiba-tiba Chandra berdiri di belakang Jane dengan kata-kata cintanya. Jane berbalik menatap cowok itu aneh. Tumben-tumbenan Chandra tidak memakai topi, rambutnya yang berwarna coklat kehitaman itu agak berantakan terttiup angin. Ia mengangakt kedua alisnya menatap Jane sambil mengusap rambutnya. “bahasamu terlalu dibuat-buat, aku tidak mengerti” “terserahlah, yang penting kau harus jatuh cinta padaku” “kau memaksaku??!!” “menurutmu?” “keterlaluan” “ok” Chandra berfikir sejenak “begini saja, aku tidak akan memaksamu, tapi aku ingin meminta bantuanmu untuk menjomblangiku lagi. Tapi harus berhasil, tidak boleh tidak. Kalau tidak berhasil, aku akan melamarmu dan menyuruh orangtuaku untuk menemui orangtuamu untuk menjodohkan kita” “apa??!!!” Jane kaget “mana bisa begitu!” “iya,, itu resikonya” “lalu aku harus menjomblangimu dengan siapa?” “denganmu Jane Meswara” “Apa??!!” Kali ini Jane lebih kaget “itu hal bodoh yang pernah ku dengar!. Masa aku harus menjomblangimu dengan diriku sendiri?, apa namanya itu?” “kau mau tidak?, kalau tidak aku akan melamarmu” “tapi,,” “kau harus mendapat jawaban dari Jane Meswara sekarang atau aku menelpon orang tuaku untuk melamarmu” katanya merogoh saku celananya. “kau ini gila. Jangan main-main. Apa kau cinta padaku?” “aku serius” katany aengacungkan dua jarinya keatas “aku benar-benar cinta padamu dan hmm,, sebenarnya aku hanya mengerjaimu soal Cahaya. Aku tidak cinta padanya dan aku sudah tau dia mau pindah” ceritanya. Jane membesarkan matanya tak percaya. Geram ia menatap cowok jangkung itu. “kau ini,, kelewatan!!” “heh,, jangan marah-marah. Pilih cepat, terima atau ku lamar?” Jane diam menatap cowok itu. Lama ia berfikir hingga lagi-lagi ia kaget setelah sadar banyak teman-temannya mendekati mereka. “terima” “terima” “tolak aja, biar lebih serius” “ayo jawab” kata Chandra tersenyum-senyum “apa ini rencanamu?” “ya,, sesekalikan menjomblangi mak comblang” kata adin menyeletuk Chandra tersenyum “terima” “terima” “semua pilihan menguntungkanmu” kata Jane yang masih berfikir. “jawab” Chandra menunggu Jane menarik nafas pelan “iya,, iya,,” jawabnya hingga semua orang bersorak sorai. “tapi ada satu syarat” “apa?” Tanyanya “buktikan kalau kau memang serius? Jangan permainkan aku” “ok, aku akan datang kerumah orang tuamu, masih kurang? Apa perlu aku mengajak serta orang tuaku nanti malam?, dengan cincin tunangan bila perlu. Bagaimana?” Jane mendekati Chandra “buktikan” Chandra mencubit hidung Jane “aku janji sayang” katanya meninggalkan Jane yang kesakitan dengan hidung yang memerah. “Chandra!!” Teriaknya mengejar cowok itu. Sementara yang di kejar berusaha berlari sambil mengejek Jane. “awas kau!” Hmm,, tak terfikirkan kalau mak comblang harus menjomblangi seseorang dengan dirinya sendiri. Ternyata bukan mak comblang saja yang punya akal untuk menyatukan cinta. Tapi Chandra juga bisa. THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar