Translate

Jumat, 17 Januari 2014

Kura-kura yang terbang

Suara klakson dan rongrongan mobil itu memekakkan kupingku. Bising, asap-asapnya menjadi satu dalam lingkaran kehidupanku. Bibirku kering, ingin sekali ku sumbat comberan comberan dalam got itu ke mulutku. Sementara kian lama manusia-manusia sepertiku ini semakin banyak. Menabuh kaleng-kaleng bir dengan bungkus plastik yang kusam, kotor dan berdebu. "ayo Maryam, sudah lampu merah" teriak anak berusia 12 tahun itu membuyarkan lamunanku. Aku sudah cukup lelah terus menerus menatap dan menanti lampu merah. Ku gerakkan perlahan kaki kananku. Tongkat penopang yang menyandang bahuku ikut berirama, tuk,,, tuk,,, tuk,,, . Aku adalah kura-kura yang malang. Hingga bunyi akhir kayu itu menghentikanku pada sebuah mobil. Isabela adalah kisah cinta dua dunia Mengapa kita berjumpa namun akhirnya terpisah,,,,,,,, Lagu isabela yang kini populer lagi ketika di nyanyikan ulang oleh band st12 itu ku nyanyikan. Takku pedulikan kemarau di tenggorokanku yang kering sejak pagi. Hingga kulihat perlahan kaca mobil mewah itu menurun dan sosok pria yang duduk menyupir itu memandangku ramah. Aku tersenyum, entah mengapa kurasa tiba-tiba saja sekujur tubuhku kaku. Tak ku rasakan lagi sakitnya kerongkonganku yang kehausan, kulitku yang kian melegam, aku merasa seakan tak terbeban. "ada apa sebenarnya yang terjadi?" Aku tersadar saat tangannya memasuki sesuatu kedalam plastikku yang kumuh. "20.000!!!" teriakku dalam hati. Aku tersenyum menatapnya. "makasih mas" ucapku pelan dengan raut wajah setengah malu. Ia tersenyum. Lalu kubiarkan mobil itu pergi dengan teriakan-teriakan klakson yang mengumpat keberadaanku ******* "engkau kenapa Maryam??" tanya Udin. Aku menyadari ia bertanya padaku. Tapi aku sedang tidak ingin diganggu. Aku hanya ingin berdiam diri dan mengulang ingatanku saat pria yang mengemudi mobil mewah berwarna hitam itu menatapku. Andai aku mengenal namanya. Andai aku bisa bertemu dengannya lagi. "Maryam !!" teriak Udin. Aku kaget, kupukul ia dengan tongkatku. "jangan ganggu aku" hardikku. Kusandarkan punggungku pada tiang beton yang menopang jembatan penyebrangan itu. "mengapa kau ini Maryam??" tanya Udin heran. "kau bilang kau haus dan lapar,tidak makan dari semalam. Tapi, setelah ada orang yang berbaik hati memberimu uang dua puluh ribu,mengapa kau masih diam duduk bersimpuh disini dengan pandangan mu yang kosong itu??. Kau mau tunggu sampai kapan??. Sampai ada preman-preman yang melihat tingkah lakumu itu lalu pergi membawa uang itu??" "diam kau!!" teriakku. Aku pusing mendengar omelannya. Kupandangi wajahnya yang kaget mendengar hardikanku. Ia diam. Aku meresa bersalah dengan apa yang aku lakukan. Udin satu-satunya orang yang dekat denganku yang sudah ku anggap seperti adik kandungku. Bila hasil mengamen sedikit, kami patungan untuk membeli makanan. Siapa lagilah keluargaku kalau bukan dia. Aku berdiri dengan agak tertatih. Kuperbaiki tongkat yang menopang bahu kiriku. "ayo" ajakku meninggalkannya. "kemana??" tanyanya "memberi sumbangan untuk perut-perut kita" kataku dengan nada canda. Ia mengejarku dan berjalan disampingku. "Maryam" panggilnya. Aku menoleh dan tersenyum. "ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi" sambungnya. Aku mengangguk ******* Dirumah kardus itu,,,, pengap. Setidaknya itu lebih baik dari pada hujan. Kuceritakan pada Udin apa yang sebenarnya terjadi padaku. Tentang pria pengemudi mobil mewah yang baik hati itu. Tapi, aku tak menduga reaksinya seperti ini. "apa??" tanyanya kaget. "kau menyukai pria yang mempunyai mobil mewah itu??. Apa kau sadar Maryam, itu tidak mungkin. Kita ini hanya manusia-manusia buangan. Kita miskin dari pada orang miskin. Mana ada orang yang mau menerima kita. Menatap kita pun tak sudi. Dia itu orang-orang besar Maryam. Apalagi dengan keadaan kau seperti ini. Lihatlah kaki kirimu yang buntung itu. Melihatmu berjalan tertatih-tatih ia akan menjauhimu" katanya memarahiku. Aku diam. Apa benar orang-orang seperti dia akan menjauhiku?. Aku cacat,,, cacat,,,. Udin memang benar. Aku terlalu berharap. Kaki puntungku ini hanya membantuku untuk menjadi semakin terpuruk. Aku menangis, ada rasa sesal. Mengapa harus aku yang mendekam didalam jasad ini. Jasad gadis berusia 18 tahun dengan tongkat di ketiak kirinya yang kaki kirinya menjuntai tanpa telapak. "aku memang orang cacat. Ya, orang cacat. Aku tak seharusnya bermimpi yang pada akhirnya akan menghancurkan diriku saja" kataku lirih. Aku berdiri dengan tertatih dan pergi meninggalkan rumah kardus itu. ******* "maafkan aku Maryam" ucap Udin paginya. Kurapikan rambut ikalku yang kering dan kusam. "tidak, kau tidak salah, kau sudah ku anggap sebagai saudaraku, kau berhak menasehatiku" kataku tersenyum yang entah kurasa seperti dibuat-buat, aku masih belum bisa percaya dengan apa yang aku alami. Bermimpi dengan mencintai orang lain yang kehidupannya jauh bebeda denganku. "tapi aku tak bermaksud membuat kau merendah dan tidak percaya diri dengan apa yang ada padamu"bantahnya. Didekatinya aku. Dibersihkannya kusam pada pipi kiriku. "kau cantik, aku hanya takut orang-orang hanya akan menyakitimu, aku ingin kau berada pada orang yang benar-benar mencintaimu apa adanyaa meskipun kau cacat. Aku sayang kau Maryam. Kau keluargaku satu-satunya, aku hanya ingin sesuatu terbaik untukmu" ungkapnya. Aku terharu, kupeluk anak berumur 15 tahun itudengan tetes air mata. "makasih din" ucapku mengusap air mataku. "hei,, sudah. Ayo kita konser dulu" ajaknya dengan canda. Hhh,, konser yang mengahrapkan iba dari orang-orang yang berhululalang dijalan besar itu. "aku melangkah dengan perasaan yang mulai bebas. Tapi kadang terbesit di otakku untuk berharap bertemu lagi dengan pria itu. Tak kutemukan, aku sedikit resah. Hingga akhirnya siang terik tak terasa menyengat bagiku. Alis tebalnya hampir menyatu, mungkin hanya itu yang menarik. Semua biasa-biasa saja. Tapi, entah mengapa aku selalu terpesona melihatnya. Matanya menatap pandangan kosong tepi trotoar. "Udin!" desahku, aku ingat kata-katanya , perlahan aku berbalik dan menghindar menjauh darinya. "adek!!" teriaknya. Aku menghentikan langkahku dan berbalik kearahnya yang ternyata berlari menghampiriku. Sebeanrnya aku tak percaya dengan apa yang terjadi. "ya mas, ada apa?" tanyaku salah tingkah. "bengkel dimana ya?" tanyanya menatapku ramah, aku diam menatap matanay sambil memmicingkan mata "sepertinya saya nyasar" ia mencoba menyadarkan aku yang sejak tadi diam menatapnya "oh, kalau dari sini agak jauh mas, di persimpangan jalan sana" jelasku menunjuk kearah selatan. Ia menoleh kearah telunjukku, lalu mengangguk perlahan "hm,, bisa temani saya dek?" tanyanya. Itu pertanyaan yang mengagetkanku, aku menatapnya. Kemmudioan mengangguk ******* Allah. Aku benar-benar tidak menyangka pa yang terjadi. Aku duduk disampingnya dan saling berbicara disamping bengkel itu. Dia benar-benar tidak menganggapku berbeda karena cacatku. Namannya Aprianto. Dia bilang aku bisa memanggilnya mas Ap,. Usianya 24 tahun. Ia adalah seorang sopir pribadi. Aku mengenalkan diriku padanya. Maryam, gadis berusia 18 tahun yang cacat, yang pekerjaannya menyanyi dan mengiba kebaikan-kebaikan orang-orang di jalan raya. "aku perna melihatmu. Jujur, aku bangga dengan apa yang ada pada dirimu saat ini. Kau orang yang punya semangat. Andai aku bisa sepertimu" katanya dengan tatapan kosong. Aku menatapnya diam, apa yang terjadi padanya? "aku tak seperti yang mas pikir, sebenarnya aku begitu rapuh. Terkadang muncul rasa kurang percaya diriku karena cacat yang ku sandang. Sejak kejadian sepuluh tahun lalu" aku menerawang "aku selalu merasa ini tidak adil. Saat ada banyak orang yang bahagia bersama keluarganya yang utuh dan dalam keadaan yang sehat dengan kondisi fisik yang utuh. Aku malah harus merasakan hidup yang serba kekurangan, mengemis di tengah jalan bersama ibu. Hingga aku kehilangan satu-satunya keluargaku yang mati dengan cara yang mengenaskan dan sebelah kakiku yang buntung. Hidup sebatang kara di rumah kardus yang kumuh. Aku tak seperti yang mas fikirkan. Hidupku malang, aku kura-kura di tengah padang pasir yang suatu saat akan mati sia-sia, tak berguna" ceritaku dengan mata berkaca-kaca. Kurasakan air mataku membasahi pipiku yang kering. "kau tidak sendiri Maryam" katanya menatapku. Ia mengulurkan sebuah sapu tangan berwarna merah padaku."aku sama sepertimu, tapi kau lebih beruntung. Aku menyianyiakan hidupku, aku merusaknya. Ayahku seorang perwira tni, sifatnya yang keras dan dan pengekang itu membuatku tak peduli padanya. Ia tidak pernah mengerti apa yang aku mau dan tidak aku mau. Dia memaksaku dan menjadikanku robot. Setelah ibu meninggal, aku kabur dari rumah. Aku berteman dengan siapa saja dari anak punk hingga preman pasar. Disana aku mengenal minuman keras, dan obat terlarang. Aku berkali-kali masuk penjara karena terjaring razia. Disana ia menemukanku lagi. Merasa malu, ia tidak mau menganggapku sebagai anak lagi.aku terluntang lantung dengan fisik yang semakin lemah. Aku tau karma itu sudah datang, apa yang aku tuai, itulah yang aku terima. Aku terkena hiv, dan itu yang buat aku sadar untuk berubah dan berhenti dengan semua kegilaan duniawi itu. Aku mulai mencari kerja dengan menjadi sopir pribadi seorang pengusaha tekstil. Hingga sekarang"ceritanya Aku kaget mendengar ceritanya. Hiv?. Aku tak menyangka dengan apa yang di ceritakannya. "apakah mungkin suatu saat kita akn menemukan kebahagiaan mas?" "sekarang kita bahagia mariam, aku tersenyum, dan kau pun juga. Arti bahagia tidak harus memiliki semuanya secara utuh, cukup kau tersenyum dengan ikhlas itu juga bahagia" katanya Aku diam, kulihat ia tersenyum. Ia tampan saat tersenyum, matanya seperti basah dan agak berkilau terkena sinar matahari. Aku tersenyum. "kita memang tidak memiliki apa-apa mas. Tapi setidanya kita masih punya amal" Ia tertawa "aku tak yakin Allah mau memaafkan dan menghapus dosaku selama ini meskipun aku berusaha untuk berubah dan berbuat baik" "dia lebih tau mas" Ia tersenyum lagi, "mariam?" "ya?" "apa boleh aku dekat denganmu?" tanyanya Aku diam, tentu saja aku mau. Ternyata dia adalah orang yang baik. Perlahan aku mengangguk dan tersenyum. *** "kau dekat dengannya?" tanya Udin tak percaya. Aku mengangguk pelan. "ya, kau lihatkan dia orang baik?, ia mengantarku, kehidupannya sama sepertiku, tidak ada perbedaan antara kami. Aku suka padanya dan kurasa aku jatuh cinta pada mas Ap"ungkapku dengan senyum yang mengembang. "aku tidak suka aku dengaqnnya Maryam !!!!" tegasnya, aku kaget. Wajah Udin berang, wajahnya benar-benar tidak sedap di pandang. "apa maksudmu din?" "dia itu belum tentu baik Maryam, kau hanya kenal dia sekali. Apalagi kau bilang dia mengidap hiv. Berarti dia itu kriminal Maryam!!, seks bebas, narkoba, judi, premanisme, pengedar!!!" katanay dengan suara yang tinggi. "tapi ini hidupku, aku berhak menentukan hidupku sndiri!!" kataku tegas. "dia itu pengidap hiv dan mungkin aids!!, orang seperti dia sama juga sampah kotor yan gahrus di buang" "lalu?, bagaimana dengan aku???. Aku cacat!!, kakiku puntung dan aku juga sampah yang di buang. Aku hanya mencari kebahagiaan di akhir-akhir hidupku yang tak beruna ini. Aku tetap[ cinta mas Ap meskipun ia mengidap aids" "setidaknya ak ulebih baik dari pria itu" katanya spontan, apa maksudnya? Aku benar-benare tidak mengerti. "apa maksudmu?" "aku" ia diam, wajahnya seakan bersalah sama sekali tak berani menatapku yang menanti jawabannya. Perasaanku kian menduga-duga. "aku cinta padamu Maryam, aku tak ingin kau dekat dengan laki-laki lain. Aku hanya ingin kau bersamaku, dekat denganku" Apa??, apa aku sedang bermimpi??? "kau salah mencintaiku din,, salah..!, kau sudah ku anggap sebagai adikku sendiri. Mengapa sampai kau berfikir seperti itu??" tanyaku menangis "tapi kita tidak sedarah, aku berhak mencintaimu Maryam" "dan aku punya hak untuk tidak menerima cintamu itu" kataku menangis. Apa yang sebenarnya terjadi pada hidupku? Permainan apa ini?. Kuambil tongkatku dan pergi perlahan meninggalkan rumah kardus itu. ****** "Maryam!!"teriak Udin dari tepi trotoar. Aku berusaha menyeberang jalan. Kulihat mobil yang di bawa mas Ap terparkir didepan ruko tiga tingkat itu. Ia melihatku sembari melambai. Aku terseyum dan terus menyeberang. Takku pedulikan Udin yang terus berteriak dari tadi. "Maryam!, jangan menyeberang dulu, biar kau menjemputmu" teriak mas Ap dari kejauhan ketika ia mulai menyeberang. Aku berhenti hingga suara klakson mencaci maki kehadiranku dan mas Ap di jalan aspal itu. "Maryam!!, ayo kita pulang" teriak Udin tiba-tiba saja ada di sampingku menarik tanganku. "lepaskan aku din!, biarkan aku melakukan apa apa yang seharusnya aku lakukan. Kau terlalu mengekangku. Kau itu adikku, aku tidak mungkin mencintaimu. Aku tidak memiliki perasaan apa-apa padamu!!" tegasku. Kulepaskan tangannya yang sejak tadi menarikku untuk berbalik. Kulihat mas Ap yang hampir mendekatiku. Tapi sebuah truk... "Mass!!!" teriakku berlari menghamprinya. Hhhh,, aku histeris.aku merasakan mataku memerah, basah karena air mata. Jantungku kian berdetak tak karuan. Apa yang sebenarnya terjadi?. Apa ini mimpi??. Tapi air mata ini terasa dingin mengalir dipipiku. "Ma,, Maryam" desah mas Ap terbata. Tangannya berlumuran darah. Kulihat samar air matanya menetes. "maaf" ucapku lirih. Sosok Udin menghampiriku dengan wajah yang bersalah dan uraian air mata. "Maryam. Maafkan aku Maryam,, aku seharusnya merelakan kau dengan mas Apri,, maafkan aku!!" ucapnya lirih. Kurasakan tubuhku bergetar hebat dan kian dingin. Sakiittt,,, sangat sakittt.. Allah,, bahkan mengucap nama-nya saja aku tak bisa. Mulutku kaku, lidahku kelu,,, aku terlalu sakit hingga aku tak mampu lagi untuk berucap sedikit kata saja untuk meminta maaf pada Udin dan mas Ap. Aku hanya mampu menangis,,, dan biarkan air mataku menambah perih rasa sakit itu. Isak tangis Udin dan mas Ap kian lirih dan lama kelamaan mulai terdengar pelan. Allah, sakittt,, jika sakit ini bisa hilangkan semua penderitaan hidupku.. Maka lakukanlah,, aku siap. Aku terbatuk, ada gumpalan darah keluar dari mulutku. Setelah itu, perlahan tubuhku mulai ringan, rasa sakit itu perlahan mengilang bersama keringnya tenggorokan yang kehausan dan perut yang lapar. Aku dapat melihat diriku sendiri di pangkuan mas Apri yang menagis. Tongkatku terpatah sepuluh meter jauh dariku. Tergilas oleh kendaraan yang masih berlalu-lalang. "innalillahi wainna ilaihi rajiun" ucap mas Apri lirih hingga membuat Udin memelukku dengan tangis yang menyayat hati. Suara klakson mobil-mobil yang sebagian masih berlalu lalang seakan mengumpatku dan mengatakan bahwa aku pantas mendapatkan ini. Perlahan tubuhku melayang,, dan melayang. Terbang tanpa beban, tanpa tongkat dan kaki yang pincang. Pergi meninggalkan kaleng bir, plastik kusam kotor dan berhenti menanti lampu merah serta berhenti menganggap bahwa aku kura-kura yang malang. Karena saat ini aku adalah kura-kura yang terbang. ALLAH, sesungguhnya aku diciptakan oleh-MU. apapun bentuknya aku adalah mahluk-MU,, KAU adalah penciptaku. setelah KAU beri ruhku pada jasad gadis yang kecelakaan itu, KAU punya hak untuk mengambilnya kembali. dan ketika saat itu datang. aku telah siap. aku telah lama merindukan panggilan Mu ini. ****

Mak Comblang

Jane meswara adalah seorang mak comblang terkenal di SMAnya. Jasanya sangat besar di bidang percintaan dan asmara, soal menghubungkan tali kasih antara dua mahluk berlainan jenis. Intan dan budi, Anton dan Vea, Samsul dan Yona, Tita dan Ferdi, Judhi dan Meri, Ila dan Indra, banyak lagi. Pagi ini saja ia sudah sibuk dengan urusannya. Baru saja ia memarkirkan sepeda motornya di parkiran sekolah, kliennya sudah menyambut kedatangannya dengan tidak sabaran. “Jane, bagaimana ini??, sudah seminggu aku meminta pertolongan padamu, mengapa tidak berhasil juga?” Jane menarik nafas pelan. Ia membuka helmnya sambil menatap cowok jangkung yang sering mengenakan topi itu. Namanya Chandra, Jane mengenalnya hampir setahun sejak cowok itu menjadi tetangga baru neneknya. Cowok itu tampan, tapi entah mengapa ia tidak pede dengan ketampanannya higga harus meminta pertolongan Jane untuk menjomblanginya “mugkin dia tidak cinta padamu, soalnya aku merasakah hal yang aneh padanya. Sepertinya dia tidak suka padamu” Mendengar itu wajah Chandra berubah angker “kau ini bagaimana?, kau bilang kau ini mak comblang handal?. Lalu mengapa jadi begini?” Katanya kesal setelah tau sepertinya Jane menyerah untuk membantunya. “aku tidak mungkin memaksa kehendaknya hanya karena kau seorang mak comblang!” Jane ikutan sewot. Ia menarik nafas pelan “begini saja, beri aku waktu dua hari setidaknya dia tau perasaanmu” Chandra berfikir, kemudian ia mengangguk. “dua hari ya?” Katanya mengacungkan dua jarinya tepat didepan wajah Jane. Jane mengangguk. Setelah itu Chandra pergi setelah sebelumnya mengacak-acak rambut Jane. “Euhh !!!” Sergah Jane merapikan rambutnya sambil menatap kepergian cowok jangkung itu. *** Hm,, sepertinya ada sedikit masalah. Memang tak semuanya berjalan dengan sukses. Gadis yang disukai kliennya itu kurang banyak bicara, pendiam, tertutup dan bahkan tidak punya teman akrab di kelasnya. Wah, bagaimana Jane melakukannya? Sehari hingga dua hari kemudian Jane belum juga berhasil karena gadis bernama Cahaya itu tidak hadir, entah kemana. Kata teman sebangkunya gadis itu sakit dan dan mereka tidak tau rumahnya. “bagaimana?”Tanya Chandra menghampiri Jane saat di kantin sekolah. “dia tidak_” “jangan banyak alasan, mana reputasi baikmu sebagai mak comblang. Atau aku sebar ke satu sekolah bahwa kau itu tidak ada apa-apanya” ancamnya memotong kata-kata Jane. Jane menatap cowok itu yang mengunyah permen karet. Bisa-bisanya cowok itu mengancamnya dengan merusak reputasi baiknya yang susah payah ia bangun dari nol. “oke, beri aku waktu, hmm,, tiga hari lagi. Tapi kau ikut denganku. Bagaimana aku mau menjomblangi kalian bila kau di timur dia di barat. Iya kan?, tiga hari yang akan datang itu hari yang bagus untuk menyatakan cinta. Tanggal cantik, mudahan saja pada waktu itu rencana kita berhasil” “kalau tidak berhasil?” Tanyanya menatap Jane tajam. “hmm,, harus berhasil. Jangan pesimis dong. Bukankah banyak yang menyukaimu dan jatuh hati padamu, kecuali aku ya. Hmm,, jadi dia pasti menerimamu” “kalau ternyata tidak?” “ya aku tidak tau,, mungkin kalian bukan_” “kalau tidak berhasil, kau yang jadi pacarku” “apa??!!” Jane kaget. “aku tidak setuju, itu urusanmu, mengapa di kait-kaitkan denganku” “sudah, berusahalah kalau kau memang tak mau jadi pacarku” cowok itu lagi-lagi mengancamnya. “oke?” Katanya meninggalkana Jane dengan senyuman angkuhnya itu. Jane berfikir keras bagaimana caranya agar Cahaya menerima cinta Chandra secepat mungkin. Chandra satu-satunya kliennya yang cerewet dengan segala ancaman gilanya itu. Ditambah lagi targetnya si Cahaya yang pendiam, tidak banyak bicara, tidak punya nomor HP, tidak punya teman, dan tidak jelas ada dimana sekarang. Tidak selamanya suatu usaha selalu berjalan dengan lancar. *** Hari pertama, Jane dan Chandra sibuk mencari dan mencoba mencuri hati Cahaya. Dari pagi hingga ia pulang kerumah. Tapi sepertinya Cahaya belum mau membuka hatinya untuk Chandra. Soalnya ia seolah tidak mau untuk diajak bertemu. Esoknya dihari kedua, terus berlanjut seperti itu, Jane gagal mempertemukan Chandra dan Cahaya karena gadis itu pulang cepat. Tidak ada perubahan... Sehari lagi... “kau yakinkan hatimu besok sepulang sekolah, aku harap dia menerimamu” “baiklah, kalau tidak, kau ingat janjimu” “janji apa?” “kau jadi pacarku” “euu, siapa yang mau menjadi pacar sepertimu?” “kau, bukankah kau yang bilang bahwa aku di sukai banyak cewek?” “terkecuali aku” “janji adalah janji” “aku_” Lalu apa yang terjadi esoknya? “apa?? Cahaya tidak sekolah?, pindah? Kemana? Aduh!!, matilah aku” Jane kaget setelah mendapat informasi dari teman sekelas Cahaya. “mengapa harus mati kak?” “aku_” ponsel Jane berbunyi, itu dari Chandra “kau kesini, jangan menghindar, aku sudah tau semuanya. Berani kau kabur akan aku ceritakan ke satu sekolah bahwa kau akan jadi pacarku dan aku akan menyatakan perasaanku dengan microphon sekolah” sekali lagi cowok itu mengancam. Jane kaget, cowok itu benar-benar terobsesi untuk memiliki pacar pada tanggal cantik ini. Gara-gara cintanya dak bersabut oleh Cahaya ia menjadi stress dan gila. Dengan gontai Jane melangkah menuju bangku yang tak jauh dari lapangan volly. Baru kali ini ia gagal menjomblangi orang dan baru kali ini ia mendapat masalah besar karena kegagalan itu dari kliennya. Tempat itu sepi, tidak ada anak-anak yan bermain volly maupun sekedar duduk-duduk di bangku itu. Jane mencari sosok Chandra yang tadi memintanya untuk bertemu di lapangan vollly. “Chandra” “terkadang, cinta itu datang tak terduga, meski awalnya tak suka namun bila sepasang kekasih terus bersama, saling menjaga dan menyayangi. Cinta itu akan datang dan kau takkan pernah menduganya” tiba-tiba Chandra berdiri di belakang Jane dengan kata-kata cintanya. Jane berbalik menatap cowok itu aneh. Tumben-tumbenan Chandra tidak memakai topi, rambutnya yang berwarna coklat kehitaman itu agak berantakan terttiup angin. Ia mengangakt kedua alisnya menatap Jane sambil mengusap rambutnya. “bahasamu terlalu dibuat-buat, aku tidak mengerti” “terserahlah, yang penting kau harus jatuh cinta padaku” “kau memaksaku??!!” “menurutmu?” “keterlaluan” “ok” Chandra berfikir sejenak “begini saja, aku tidak akan memaksamu, tapi aku ingin meminta bantuanmu untuk menjomblangiku lagi. Tapi harus berhasil, tidak boleh tidak. Kalau tidak berhasil, aku akan melamarmu dan menyuruh orangtuaku untuk menemui orangtuamu untuk menjodohkan kita” “apa??!!!” Jane kaget “mana bisa begitu!” “iya,, itu resikonya” “lalu aku harus menjomblangimu dengan siapa?” “denganmu Jane Meswara” “Apa??!!” Kali ini Jane lebih kaget “itu hal bodoh yang pernah ku dengar!. Masa aku harus menjomblangimu dengan diriku sendiri?, apa namanya itu?” “kau mau tidak?, kalau tidak aku akan melamarmu” “tapi,,” “kau harus mendapat jawaban dari Jane Meswara sekarang atau aku menelpon orang tuaku untuk melamarmu” katanya merogoh saku celananya. “kau ini gila. Jangan main-main. Apa kau cinta padaku?” “aku serius” katany aengacungkan dua jarinya keatas “aku benar-benar cinta padamu dan hmm,, sebenarnya aku hanya mengerjaimu soal Cahaya. Aku tidak cinta padanya dan aku sudah tau dia mau pindah” ceritanya. Jane membesarkan matanya tak percaya. Geram ia menatap cowok jangkung itu. “kau ini,, kelewatan!!” “heh,, jangan marah-marah. Pilih cepat, terima atau ku lamar?” Jane diam menatap cowok itu. Lama ia berfikir hingga lagi-lagi ia kaget setelah sadar banyak teman-temannya mendekati mereka. “terima” “terima” “tolak aja, biar lebih serius” “ayo jawab” kata Chandra tersenyum-senyum “apa ini rencanamu?” “ya,, sesekalikan menjomblangi mak comblang” kata adin menyeletuk Chandra tersenyum “terima” “terima” “semua pilihan menguntungkanmu” kata Jane yang masih berfikir. “jawab” Chandra menunggu Jane menarik nafas pelan “iya,, iya,,” jawabnya hingga semua orang bersorak sorai. “tapi ada satu syarat” “apa?” Tanyanya “buktikan kalau kau memang serius? Jangan permainkan aku” “ok, aku akan datang kerumah orang tuamu, masih kurang? Apa perlu aku mengajak serta orang tuaku nanti malam?, dengan cincin tunangan bila perlu. Bagaimana?” Jane mendekati Chandra “buktikan” Chandra mencubit hidung Jane “aku janji sayang” katanya meninggalkan Jane yang kesakitan dengan hidung yang memerah. “Chandra!!” Teriaknya mengejar cowok itu. Sementara yang di kejar berusaha berlari sambil mengejek Jane. “awas kau!” Hmm,, tak terfikirkan kalau mak comblang harus menjomblangi seseorang dengan dirinya sendiri. Ternyata bukan mak comblang saja yang punya akal untuk menyatukan cinta. Tapi Chandra juga bisa. THE END

Jumat, 27 Desember 2013

SOSSIS

Sudah kuduga, ini hal yang paling menyebalkan. Huuhh,, kenapa harus disuruh bareng cowok rese ini. Cowo sok yang merasa paling hebat, sok akrab, sok keren, sok manis, sok pintar, sok segalanya deh,, merasa paling baik, dia kira tampang lucunya itu bisa menggugahku dan membuatku simpati padanya? Tidak,,!! upss,, “Hehhh,, dorongnya yang semangat dong..!”teriaknya mengagetkanku “yeee,, mau semangat kayak mana lagi??, kamu tuh, narik nya yang semangat” aku tak mau kalah, ya iyalah, dia cowok tenaganya berkali lipat dari tenaga cewek, lalu kenapa harus nyuruh aku mendorong gerobak kalau dia sendiri punya tubuh atletis untuk menariknya. “Semangat kayak mana...., eh, dari tadi tu aku narik gerobak ini sendirian tau, kamu di belakang itu cuma megangi gerobaknya aja terus ikut jalan di belakang, capek tau,,” omelnya “Hai Badai halilintar!, tuh, lihat otot kamu itu, gak malu apa narik gerobak aja harus bergantung sama cewek kurus kayak aku??, huh,, memalukan” “eh, sembarangan nyebut nama orang,,, badai utara bukann badai halilintar! Tau kan kalau pengorbanan nama ini besar, orang tua aku harus_” “Menyembelih 2 ekor kambing kan?, hah, aku tau... ini yang ke hmm 47 kalinya kamu ngomong kayak gitu” “iya, dan yang ke 47 kalinya kamu panggil aku dengan nama yang gak aku suka” “iczz,, terserah aku dong, aku yang punya mulut” “dan aku yang punya nama!” “ya udah jangan sewot, kalau gak mau di katai badai halilintar makanya jangan suka buat jengkel dan marah-marah kayak mami-mami. Ngeselin tau gak??” kataku meninggalkannya. “heehhh,, cungkriing!!” teriaknya “apa kamu bilang??”kataku berbalik “nggak, nggak ada siaran ulang” katanya menarik gerobak itu “cepat bantu dorong” “ogahh!!, aku gak suka ya kamu ngatai aku cungkring!!, kamu itu menyebalkan tau gak!” kataku meninggalkannya. “eh,, aduhh nih anak,, eiii,,, jangan pergi, ayo bantu aku!, heiii,,, segitu aja ngambek!!” teriaknya. Masa bodoh.. “hhh,,, terlalu dimasuk kehati” Semua ini sejak dua minggu yang lalu. Sejak saat pertama aku bertemu dengan cowok itu yang punya nama aneh Badai Utara juga sifat anehnya di Persiapan pernikahan Kakak Sepupuku. Dia adik teman Calon suaminya kakak sepupuku. Semula aku menganggap cowok itu pasti menyenangkan, tapi beda sekali dengan yang aku fikirkan, dia bukan cowok cool seperti kak fandy Ketua BEM di kampusku. Bukan cowok romantis kayak kak Igo yang di sukai semua cewek di kampus itu (ya meskipun cap playboynya di akui lulus uji kompetensi playboy cap kucing). Tidak alim dan baik hati seperti Kak Abi tetangga sebelah rumah. Tak gentleman seperti Kak Ali. Pokoknya dia cowok aneh yang baru pertama kali ini aku temukan,, haaah,, mungkin dari planet Mars kalii. Kalau gak karna permintaan kak Wulan aku gak bakal urus ini, aku gak bakal mikir kenapa ada cowok aneh seperti dia. Tapi,, sejak keputusan rapat Panitia persiapan pernikahan kak wulan. Aku jadi ribet, dan selalu emosi sekarang contohnya saat kami harus membawa piring pinjaman milik Kelurahan untuk persiapan pernikahan 2 hari lagi.Piring dan perkakas lain yang di pinjam itu sebenarnya adalah milik bersama. Jika ada masyarakat di kelurahan itu yang ingin mengadakan hajatan bisa memakainya. Dan lagi-lagi aku harus membawa nya bersama cowok menyebalkan itu si badai halilintar. haaaaaa.... aku benciiiii !! @@@ “Heh,, jangan termenung,,,” badai halilintar menghampiriku yang duduk di Tepi dermaga. Aku menatapnya sinis, mau apa lagi dia? “bukan urusanmu” “ya,, ya,, aku tau” jawabnya. Tapi mengapa ia memilih duduk di sampingku. Aku meliriknya. Ia sedang asyik menikmati Sossis sambil menikmati pemandangan lautan lepas dan kapal-kapal yang berlalu-lalang di sana. Melihatnya memakan sossis itu membuatku eneg,, hueek, aku rasanya ingin muntah. “Heh,, kenapa? Kamu menatapku makan ya? Apa selama ini tidak pernah melihat orang makan?” tanyanya menatapku. “Tidak, sembarangan saja bicara!” katakku berdiri dan beranjak pergi. “heeh,, “katanya. Aku meliriknya tapi melanjutkan langkahku. “Aduuuhhh “ seenaknya saja ia menarik lengan jaketku, kelewatan! “bisa tidak ka_” “Heeeeh... aku mau bicara, duduk dulu” katanya. Aku menurut “Bicaralahsetelah itu aku akan pergi, aku malas sekali berada di dekatmu yang membuatku selalu kesal dan emosi” “cewek cerewet” “apa?” “hehe nggak,,, hmm..”ia diam,,, di makannya lagi sossis itu. Euuu aku mual melihatnya. “ayo cepat” kata ku tak sabaran “maaf soal tadi” katanya dengan nada enteng. Sepertinya mudah sekali kata-kata itu terlontar dari mulutnya yang terisi daging ayam olahan itu.”aku tau sejak beberapa hari terakhir kamu jengkel dan tidak suka denganku. Yaa, penilaian orangkan berbeda-beda” katanya menatapku. Ia tersenyum. Ternyata dia bisa juga bicara baik-baik,, kalau begini aku gak bakal stres dan jengkel padanya. Dan aku cuma mau bilang jangan panggil aku Badai halilintar karena aku gak suka. Ngerti ! Kalau kamu masih tetap memanggil aku dengan sebutan itu maka jangan marah bila aku memanggilmu cungkring” ancamnya. Hhuuuh ,, balik lagi ke awal, baiknya sebentar saja. “gak adil tau gak??, asal kamu tau yah aku ini gak cungkring, cungkring itu kayak kak ozan. Asal kamu tau ya kenapa aku gak suka sama kamu, kamu itu egois, gak gentle sebagai cowok, gak bersahabat, gak mau ngalah sama cewek, gak pengertian, aku yakin gak ada cewek yang dekat sama kamu!” kataku marah. Tapi ia malah tertawa.. “memang aku minta koment tentang pendapat kamu ke aku?” tanyanya. Huuh cowok ini menyebalkannnn!!! “kamu_!” kataku geram. Tiba- tiba saja ia mengulurkan tangannya ke arahku. Bukan untuk meminta maaf tapi “Sossis?” tanyanya. Aku melihat dua sossis di tangannya. “tenang, ini sossis siap makan, halal” sambungnya. “lalu apa untungnya bagi aku??”tanyaku geram “apa enaknya makan sossis tok seperti tu, eneg tau,, bikin mual” “untungnya?, ya banyak lah,, membuat yang cungkring jadi berisi bisa”katanya tersenyum licik.. aku benar-benar habis kesabaran dengannya. “aku benci sossis,, jangan pernah tawari aku sossis!!” kataku menangis meniggalkannya. @@@ Di pesta pernikahan kak Wulan dan Kak Galih. “heh,, masih ngambek ya?” tanyanya duduk disampingku. “bukan urusanmu” kataku sinis,, ia tersenyum “ada apasih dengan sossis? Kenapa harus nangis hanya karena sossis?” tanyanya.. “ini bukan urusanmu” kataku meninggalkannya yang tersenyum dengan niat yang entah apa di dalam otaknya itu. Sossis terus di omongin. Dasar cowok maniak daging. Euuu... aku benci mengingatnya yang sedang memakan sossis. Setelah acara pernikahan ini selesai aku akan segera mengepak tas ku langsung pulang meninggalkan tempat ini. Aku benar-benar merasa di neraka di hari kebahagiaan kakak sepupuku sendiri. Semua itu karena si badai halilintar si maniak daging. Setelah itu aku akan bahagia kembali kekehidupan awalku tanpa cowok seperti dia dan takkan bertemu dengannya lagi. Jambi batam cukup jauh untuk bisa membuat kami bertemu lagi. “untuk King kali ini kita punya pria tampan dan keren dari Batam,, ayo siapa??” kata Mc membuat suasana berubah menegangkan. Ada 5 kandidat pemuda dari batam. Pertama, adik nya kak galih, Muklis. Kedua, temannya kak Galih, kak Afdal. Ketiga, kak awan kakaknya si badai halilintar,. Keempat, Bang Tio. Kelima, badai Halilintar. “Ayo naik ke atas panggung untuk badai utara” kata mc mengagetkan semua orang. Imposible,, cowok kayak gitu dibilang tampan dan keren?. Masih lumayan kakaknya ataupun Muklis. Semua bertepuk tangan menatapi cowok itu engan senyum kagum mereka. Tampak disana kak afdal menarik cowok itu untuk segera berdiri dan menaiki panggung. Sementara ia tersenyum sombong. Uuuhh,, aku benci melihatnya..!. dia lagi-lagi merusak acara yang dinanti-nati kaum remaja isini dengan menjadi king nya. Lebih baik aku pergi dari sini.. “Ya, badai ini adlah mahasiswa semester 5 di Universitas Internasional Batam. Usianya 23 tahun, masih muda dan berbakat” puji Mc. “untuk Queennya kita punya wanita manis dan pintar dari Jambi, Ayo tebak..” katanya lagi.. “Nana..!” teriak beberapa orang “zahra..!” “Farida.!” “fahira..!” Siapa lagi tuh pake nyebut nama aku?. Udah, kasih si zahra sana.. “fahira !!”panggil Mc “ayo Fahira dimana?” tanyanya semua orang sibuk mencari fahira. “Fahira, kamu di panggil tuh” Mak Limah menyapa ku yang duduk di dapur. “mak limah salah dengar, itu bukan fahira,, tapi zahira” kataku menutupi. Sambil menikmati ayam goreng. “heh, fahira, kau terpilih sebagai Queen nak” kata bibi lia. “cepat keluar” perintahnya. “malass bi, fahira gak mau jadi queen. Apalagi kingnya badai halilintar.” “pemuda itu bagus, tampan, pintar”kata mak limah “ayo keluar..” tarik mak limah keluar. “nah, itu fahira..” kata Mc.. “ayo fahira, badai bisa menjemput?” tanya Mc pada badai yang masih berdiri tak jauh dari tempatnya duduk. Sebelum si badai halilintar menjemput lebih baik aku duluan saja. Buru-buru aku naik keatas panggung dengan seulas senyum yang di buat-buat. Si badai menatapku dengan senyumnya. Ia berdiri di sampingku. “Jangan kamu fikir aku senang aku menjadi queen denganmu” bisikku “aku gak berharap kamu senang” jawabnya. “kenapa harus pasang wajah seperti itu bila bertemu denganku?, segitunyakah hanya gara-gara sossis?” “ehh,, king dan queen kita ngobrol pribadi nih..” kata mc hingga membuat aku manjauh beberapa langkah sementara mereka menertawai kami senang. Cepatlah berjalannya waktu... @@@ ini terpaksa,, biarlah untuk yang terakhir kalinya. Meskipun agak kesal karena lagi-lagi keluarga mereka berusaha mendekatkan aku dengan badai dengan meminta badai untuk mengantarku ke pelabuhan. “kenapa lagi kamu tidak pulang?” tanyaku setibanya di pelabuhan. “ya, kalau aku masih mau disini kenapa?” tanyanya menatapku. “terserahlah”kataku duduk di dermaga itu menunggu keberangkatan kapal feri yang akan membawaku tiba di ka. Tungkal. Ia duduk di sampingku menatap lautan lepas. “Heh, masih marah ya padaku?” tanyanya akku tak mempedulikannya.ia menatapku lalu memutar arah duduknya ke arahkku. “apa kau menangis itu karena aku?” tanyanya lagi. “apa karena aku menawarkan sossis itu?” tanyanya. Aku tak mempedulikannya. “Dengar tidak cungkring?” tanyanya lagi aku menatapnya “aku tidak suka dipanggil cungkring !!!” teriakku marah. Ia kaget, namun akhirnya tertawa “heyy,, i just kidding, bercanda” katanya. “bercanda seperti itu? Hah??, aku punya nama Fahira. Bukan cungkring. Kamu sadar gak kalau dua hari terakhir aku gak pernah lagi memanggil kamu badai halilintar. Tapi kamu masih saja mengatai aku seperti itu. Kamu itu kekanakan tau gak?, aku gak suka sama sifat dan tingkah kamu yang menyebalkan itu”. “Aku bilang aku bercanda, segitu saja sudah membuatmu menangis,, cengeng sekali!” katanya. “kamu bisa gak ngertiin aku?, bisa gak ngerti perasaan perempuan? Haah??, dari awal kamu tuh merasa palling benar, kerjanya marah-marah sama aku. Hanya sama aku. Setiap ada apa-apa, aku,,, semuannya aku. Ejekan kamu tuh gak berbobot tau gak??? aku benci sama kamu” kataku menangis. Dada ini terasa sesak dan bergemuruh. Ia diam menatapku lalu tersenyum. Tangannya mulai merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sossis. “jangan pernah tawarkan aku sossis itu lagi kepadaku” “heh, siapa juga yang mau menawarkannya untukmu” katanya membuka bungkus sossis itu lalu memakannya. Benar-benar kelewatan, ia tersenyum. “kamu yang tak pernah merasa” katanya. Aku menatapnya. Apa maksudnnya berkata seperti itu? “sudah lupakan, hhh.. aku minta maaf, hhh,, kita ini sudah hampir berpisah kenapa harus bermusuhan seperti ini,, setidaknya tinggalkan kisah yang baik sebagai kenangan bukan?.” katanya. Perlahan tangannya mengusap pipiku yang basah. “eh,, maaf” ucapnya menjauhkan tangannya dari wajahku. “lebih baik air mata kamu itu di hapus. Malu di lihat orang” katanya tersenyum. Ada apa dengan dia? Kenapa sifatnyaberubah-ubah. Ku usap air mataku. Ia tersenyum “kamu sudah membuka kado itu?” tanyanya. Aku menggeleng. “aku harap isinya gak seperti yang ku bayangkan” katanya. Memang ada apa? “ aku sudah membuka bingkisan itu, dan tebak apa isinya?, yap,,, sossis,,,” ia menyengir “aku bisa bayangkan gimana perasaan kamu bila membuka kado itu jika isinya memang sama dengan kado king ku. “kamu benci sossis kan?” tebaknya. Aku buru-buru mengeluarkan kado queen itu dan memberikannya padanya “kau tau ambillah unntukmu” kataku. Ia kaget “ini untukmu, dan aku tidak berhak membuka atau memilikinya. Dan siapa tau isinya bukan sossis gimana?” aku menarik lagi kado itu lalu beranjak pergi. “heyy,, kamu sudah memaafkan aku kan?” tanyanya mengikutiku. Aku memberhentikan langkahku dan berbalik menatapnya. “satu yang harus kamu tau, perkenalan 10 hari itu tidak menjamin kamu mengetahui semua sifat dan karakter seseorang. Aku tidak seperti yang kamu fikir.” “ayo cepat dek, ferinya mau berangkat.” kata abk membawa tasku kedalam feri. “iya bang” kataku meninggalkan dia. Apa maksudnya dia tak seperti yang aku duga?. “heyy,, maafkan aku” katanya di tepian dermaga saat feri itu mulai menjauh dari dermaga. “Fahira..!! im Sorry” katannya hampir berteriak “please forgive me!!” teriaknya. Mengapa perasaanku berubah tak karuan saat ia menyebut namaku. Perlahan aku mengangguk.”maaf fahira !!” teriaknya masih meminta maaf,, hingga feri ini semakin jauh membawaku. Kulihat ia berdiri seorang dengan lambaian tangannya dan senyumnya yang ternyata mempesona itu. @@@ Apa sebenarnya isi kado ini. Cepat-cepat ku buka.sebuah kalung dan surat serta sossis?. Apa seperti ini bentuk kado untuk queen?. Aneh. Fahira,,, maaf sebelumnya, mungkin kamu jengkel saat tau kamu dipillih sebagai queen ku di pernikahan kak Wulan dan kak galih, dan mungkin kamu marah setelah tau aku yang punya ide ini. Aku tau sejak seminggu terakhir kita selalu cekcok dan kamu tidak suka denganku, yang mungkin karena sikapku yang berlebihan sama kamu. Sebenarnya aku tak tau apa sebabnya aku sampai seperti itu padamu, aku rasanya selalu ingin dekat dan berurusan dengan kamu,, ya meskipun kadang harus dengan berbagai cara yang salah. Hehe.. :D. Maafin aku, sebenarnya aku yang minta kak wulan memilihmu sebagai queen, aku hanya ingin aku mempunyai kenangan manis denganmu bukan kenangan masam manis perkelahian kita. Tapi sumpah aku orangnya tak seperti kamu fikir,, aku bukan lah pemarah dan cowok egois,, semua aku lakukan karena reflek agar aku bisa bersama dan dekat dengan kamu. Huuhh,, sebentar lagi waktu berakhir dengan perpisahan yang aku sendiri tak tau mengatasinya nanti... jambi.. cukup jauh ditempuh untuk sebuah kunjungan setiap hari,, aku pasti merindukanmu.. :) eh,, sossis nya di coba ya?, kamu rasa dulu baru berkomentar,, tak seburuk yang kamu fikir. Dan kalung ini kalau boleh aku pinta kamu memakainya, tapii bila tidak mau ya,, tak apalah,, pakailah bila kamu rindu aku. Hahaha,, mungkin kamu gak akan pernahh merindukan cowok menyebalkan seperti aku.. aku pasti akan merinukan saat bersama itu saat di batam. Hmm,,, fahira aku suka kamu,, eh keceplosan.. forget it,, please jangan marah. Suatu hari nanti ku harap kita akan bertemu lagi. Meskipun mungkin kamu gak mau. Hehehe.... ;P ini nomor aku bila kamu kangen sama suara aku yang keren ini. 081994826242. sms aja,, biar aku yang telpon. Jangan mewek lagi. Badai Utara aduh,, membaca surat itu membuat jantungku beretak tak karuan, ada apa ini,, uhhh,, jangan bilang aku jatuh cinta sama badai,, aku kan benci sama dia. Kulihat kalung dengan gantungan bergambar merpati itu. Rindu,,,? Ihh,, siapa juga yang bakal rindu sama dia. Nih lagi Sossis,, sudah ku bilang jangan tawari aku sossis lagi,,,. Tapi coba dulu deh. Perlahan ku buka sossis itu lalu dengan enggan ku makan sedikit. Ehmm,, euuu... hueeek... @@@ “fahira, kekantin yuk?” ajak melisa saat istirahat. Aku menggeleng. “gak ah, aku mau duduk di sini aja” kataku “lagiann aku masih kenyang” “masihh kenyang kayak gimana wong sossis itu masih kamu makan dari tadi dan ini yang ke 3 kalinya kamu makan sossis” “bentar lagi kenyang juga kok”kataku tersenyum-senyum” “yah, nanti aja deh?” “kenapa? pak mukhlis gak masuk juga hari ini jadi,,, gak perlu takut telat masuk” “gak ah,, nanti aja, mumpung lagi rame disini. Jadi ngumpul di sini aja” “hmm,, ya udah,,” kataku menghabiskan sossis terakhirku. Euuu,, kok aku merasa mual.. ke wc dulu takut-takut kelepasan muntah di sini. “huuue..” “fahira?, kamu kenapa?”tanya melisa khawatir “perut aku terasa mual, aku ke wc dulu ya?” kataku berdiri “Fahira..” panggil seseorang. Siapa lagi yang manggil itu. Udah tau aku kedesak kayak gini. Aduuuhhh tahan fahiraa. Ku tutup mulutku dengan tangan. “nanti aja..” kataku mulai melangkah. Tapi... astaga,, orang itu !. Aku pasti sedang sakit!. “bbadaii?” kepalaku pusing. Aku pasti berhalusinasi melihat sosok pria tampan dan keren berdiri di depanku dan mirip sekali dengan badai dengan sebuah gitar di tangannya. Hhh,, Apa karena aku kebanyakan makan sossis??. laki-laki itu tersenyum, lalu memetik dawai gitarnya pelan. Ia menatapku dengan perasaan takjub. “This song for u... please listen n hear with ur feeling”. Ajari aku tuk bisa, menjadi yang engkau cinta agarku bisa memiliki rasa yang luar biasa untukku dan untukmu ku harap engkau mengerti akan semua yang ku pinta karena kau cahaya hidupku, malamku, tuk terangi jalanku yang berliku hanya engkau yang bisa, hanya engkau yang tau hanya engkau yang mengerti, semua inginku mungkinkah semua akan terjadi pada diriku hanya engkau yang tauu... ajari aku tuk bisa, mencintaimu.... Lagu akhir itu di iringi dengan suara riuh tepuk tangan orang-orang yang melihat kejadian itu, sementara laki-laki itu tersenyum senang. Dan aku tercengang, sumpah baru pertama ini aku di perlakukan seperti ini, jantungku berdetak tak karuan,,, apa aku sedang bermimpi?. Benar aku bermimpi kerena penglihatanku kian memudar dan semakin gelap. Kepalaku begitu pusing. Dan .... “fahira !!” teriak laki-laki itu menghampiriku dan menopangku. “ayo duduk dulu” katanya membawaku duduk di tangga. Di berikannya sebotol aqua untuk ku minum. “fahira, tuh kan, ini pasti gara-gara kebanyakan makan sossis” kata melisa khawatir “badai!!, kamu badai?” tanyaku ragu. “iya aku badai” aku kaget, buru-buru aku menghindar darinya. “badai ...!!!” ngapain kamu kesini?!!!” kataku sinis. “ya, kenapa??. emang gak boleh ya??, akukan punya hak,, kaki yang punya aku.” katanya. “ya, tapi gak kekampus aku?, apa lagi pake nyanyi segala, lebay tau gak??,, ini bukan negara india ataupun film-film romantis” “ihh,, kok sewot,, “ ledek badai “ kalo kamu gak suka ya sudah, aku gak nyanyi untuk kamu kok,, aku nyanyi untuk dia” katanya melirik melisa. Apa??? “akuu??”tanya melisa bingung bercampur malu. Ihh,, apa-apaan si badai. “menurut kamu apa yang tadi itu lebay ya?” tanyanya pada melisa. “nggak kok,, bagus malah, romantiss,, aku suka” kata melisa senang. “tuh kan,, hanya cewek manis yang mengerti apa itu romantis,,,” katanya menatapku. “terserah,,,!!, aku gak peduli sama kamu, dan jangan pernah bawa nama aku untuk membuat malu di kampus ini. Ini kampus aku tau,” “kampus kamu?” tanyanya “ ini kampus aku juga” “ap kamu bilang?, eh, jangan aneh-aneh ya?,,” “aku memang mahasiswa universitas ini”jawabnya serius. Dia ini pasti sudah gila.. “benarkah?, kok aku baru lihat ya?” “mahasiswa baru” jawabnya tersenyum. “terserah, aku gak mau urus atau tau sekalipun mengingat tentang kamu,, nikmati aja keromantisan itu sama kekasih baru kamu si melisa” kataku meninggalkannya. Huuh,, aku kesal sekali,, bisa-bisanya di mengatakan lagu tadi untuk melisa cewek yang baru pertama kali ia kenal,, “heeh,, tunggu,, “ panggilnya mendekatiku. “apa lagi?” kataku sewot. ”apa hmm kamu hamil??”tanyanya berbisik di sampingku. matanya menatap ke arah perutku. Apa di bilangggg????!!! “plakkk” bunyi tamparan itu ke wajahnya “kamu kira kau cewekk apaan??” kataku marah, mataku mulai memerah ingin menangis. “kamu itu gak pernah berubah ya?? kamu memang benar,,, tak seperti yang aku bayangkan!!”kataku menangis meninggalkannya. “heeyyy,, aku cuma bercanda,, aku melihat perubahan sekarang!!, aku bilang begitu karena kamu semakin cantik sekarang!!” triaknya dari jauh. “kasih rayuan gombalmu itu ke orang lain,,!! aku gak butuh. Jauhi aku dan jangan sok-sok ingat tentang aku. Asal kamu tau aku gak pernah sedikitpun peduli ataupun ingat sama kamu apalagi berfikir aku merindukanmu!!” kataku melanjutkan langkahku. “lalu kenapa kalung itu masih melingkar di leher kamu????” katanya. Langkahku terhenti... dia pasti sudah melihat kalung pemberiannya itu. “kenapa harus berbohong tentang perasaaanmu??” katanya menghampiriku “kenapa harus ada marah-marah dan rasa benci??” tanyanya lagi. Perasanku kian tak karuan,, ohh tuhann,,, ada apa dengan hati dan jantungku. “kamu yang mulai!!, kamu yang mulai pertemuan dan perkenalan kita dengan amarah amarahmu dan sikapmu yang menjengkelkan itu!!,”kataku lirih.. “aku sudah jelaskan semua!, itu karena aku tak tau berbuat dan bersikap seperti apa padamu.. itu semua aku lakukan agar aku bisa berurusan dan dekat dengan kamu” “hhh,, aku takkan percaya lagi denganmu!!” kataku meninggalkannya. Tapi ia menarik tanganku. “lalu apa yang bisa membuatmu percaya kepadaku??,, apa kedatanganku kesini tak bisa membuatmu percaya bahwa aku benar-benar serius untuk kamu?, apa kepindahan aku ke universitas ini tak membuatmu yakin?, apa lagu yang kunyanyikan tadi tak membuatmu tersentuh dan merasakan apa yang aku rasakan?” tanyanya bertubi. Aku menangis melihat matanya yang mulai berkaca-kaca. “lepaskan aku ..” kataku lirih ia menggeleng “ aku kira kedatanganku kesini di sambut hangat olehmu,, oleh senyum manismu, apalagi ketika aku menyanyikan lagu itu untukmu dan saat kamu mendengar kabar kepindahanku ke kota ini,,. Setelah kamu tau semua kebenaran dari surat itu. tapi apa?,, kamu tetap sinis dan benci sama aku,,, kamu tau,, tiap hari aku menunggu sebuah nomor baru memiscall atau meng SMS aku yang mengatakan itu nomor kamu,,, tapi gak pernah,, selama setengah tahun aku menunggu hal yang sebenarnya ak pernah dilakukan.... aku kesini, pindah kekota ini kamu tau karena apa??. karena aku rindu sama kamu, aku kangen sama kamu,,! Tapi kamu gak pernah !, bahkan mungkin gak pernah sedikitpun ingat aku. Hhh,, aku memang laki-laki bodoh,, bersikap baik dan selayaknya pria sejati di depan orang yang di cintainya saja tidak tau,, bahkan tak bisa membuat simpati ataupun membuka perasaan nya. Ternyata selama ini aku hanya mengganggu saja, mengganggu dan mengusik orang yang sebenarnya ingin ku jaga dan tentramkan hatinya. Hingga harus berkali-kali membuatnya menangis karena ku” katanya haru. Aku menangis, di usapnya air mataku... “ aku minta maaf Fahira, semua aku lakukan karena aku suka dan sayang sama kamu, aku benar-benar cinta kamu. Tapi ... . jangan sedih, aku akan tinggalkan kamu saat ini juga” katanya meninggalkanku... aku sempat melihat air mata itu, air mata yang menetes di pipinya yang sengaja ia tutup dengan sapuan tangannya. Aku benar-benar kelewatan,, aku begitu jahat,,, kenapa aku begitu munafik jadi orang, kenapa aku harus berbohong tentang perasaanku, kenapa aku tak mau mengerti perasaannnya. Aku egoiss,, ya aku egoiss,, aku benci dengan sikapku sendiri... aku benar-benar salah,, lalu, aku harus bagaimana?? tuhann,, tolong aku... kali ini perasaan ini semakin tak menentu, galau, bimbang, resah, perih, dan sesal bercampur aduk menjadi satu. Kulihat sosok badai melangkah kian jauh. Tubuh kekar dengan postur tubuh tinggi itu semakin mengecil dan hilang di ujung persimpangan.. “apa yang kamu lakukan? Hah???, kau akan menyesal kehilangan lelaki seperti ia,, laki-laki yang benar-benar mencintaimu,, aku tak pernah melihat seseorang yang begitu kuatnya mengejar cinta sejatinya sampai begini, ayo kejar dia fahira,, jangan sampai kau menyesal” kata melisa. Melisa benar,, “badaaaiii !!!” teriakku mengejarnya.. jangan sampai ia meninggalkanku kembali ke batam,,, aku tak mau ia tinggalkan begitu saja,, dia harus tau apa yang terjadi beberapa bulan terakhir ini,,, tak ku pedulikan tatapan orang-orang terhadapku, ataupun kakiku yang terasa sakit. Aku hanya tak mau badai pergi. Kulihat sosok badai yang berjalan di tepian jalan menuju gerbang kampus. Sepertinya ia menghentikan sebuah taksi. “badaii !!!” teriakku. Hingga ia menoleh. Dan kaget melihatku. “fahira” katanya dengan mata yang basah “maafkan aku” kataku menangis di hadapannya “tolong jangan pergi, kamu harus tau beberapa hal yang tak pernah kamu tau,, kamu harus tau apa yang seharusnya kamu tau” kataku lirih. “kalung pemberianmu itu memang aku pakai,,itu karena kamu yang pinta,, itu karena aku rindu sama kamu dan itu yang membantu, setiap malam aku memiscal kamu dengan nomor pribadi karena aku kangen sama kamu,, yang menelpon tanggal 15 oktober jam 1 malam itu aku,, itu karena aku sakit dan aku hanya ingin mendengar suara kamu, itu karena aku mimpi buruk tentng kamu,, aku memang egois, aku memang munafik dan jual mahal,, itu semua karena aku berfikir kamu akan sebentar sja melupakan aku dan menemukan orang yang lain yang di rindukan,,, semua perkataan kasarku tak pernah aku inginkan terlontar dari bibir ini untukmu.aku benci sama kamu saat kamu selalu bicara ketus dan menyudutkan aku,, . aku cemburu saat kamu mengatakan lagu itu untuk melisa.. itu karena aku suka sama kamu.hanya aku terlalu egois dengan perasaanku sendiri,, aku minta maaf badai,, aku minta maaf,,aku menyembunyiakn perasaanku selama ini sama kamu. Aku minta maaf,,”kataku lirih. Badai mengusap air mataku,, “ssst,, udah,, semua sudah jelas bagi aku,, jangan lagi mengeluarkan airmata karena aku,,. Aku gak mau kamu sedih kayak gini.Aku maafin kamu” katanya aku menggeleng “kamu harus tau, kalau karena kamu aku suka Sossis,, “ ia menatapku,, lalu tertawa... “kenapa tertawa?” tanyaku mewek. “pantasan gak cungkring lagi” “benar-benar gak berubah..!” kataku kesal “hehe,,, cungkring gak cungkring gak ada yang beda, kamu tetap jadi penawan hati aku” katanya. Aku tersenyum malu “tuh kan, makin tertawan hati aku karena senyuman itu” “dasar tukang gombal,,,” “nggak,, aku serius,, kamu lebih manis kalau tersenyum di banding mewek terus,, apa lagi tu kalau pake nangis, jelek banget kayak anak sd minta di beliin permen” “kan,, badaaaii” “hehehe,,, kidding fahira sayang, biar kamu tersenyum dan gak mewek terus,, lagian aku serba salah jadinya,, di puji di bilang gombal, di bawa bercanda marah” “jadi apa adanya aja,, “ kataku tersenyum,,, badai tersenyum. “ya udah,, kamu maafin akukan?” tanyanya. Aku mengangguk “kita sama-sama suka kan”tayanya lagi, aku mengangguk. “kita pacaran hari ini” putusnya.. “hah,, nggak ah” “loh kenapa?”tanyanya bingung. “sini kubisiki” ia mendekat “aku belum mutusi pacar aku yang di fakultas hukum dan fakultas ekonomi” “apa???” sontaknya kaget. Aku tertawa.. dia fikir dia saja yang bisa just kidding-just kiddingan, aku juga bisa. “hahahaha,, just kidding,,” “kamu serius kan ??” “ya iyalah,,, lagian mana ada yang mau sama aku yang kata kamu cungkring ini” “tapi kamu itu cungkring-cungkring cantik, apa lagi sejak sering makan sossis, lebih berisi,, ya makin banyaklah yang suka sama kamu” “benarkah??”tanyaku senang. Sementara ia berubah lesu “pasti pacarku bangga sekali punya pacar manis dan cantik kayak aku” kataku senang “iya kan sayang?” “hah??? :)” “iya kan kamu bangga?” tanyaku lagi “ya, aku bangga, dan aku gak akan pernah membuatnya tersakiti karena ku hingga membuatnyaingin jauh dan pergi dariku” “janji?” “janji!!” katanya mantap mengaitkan kelingkingnya pada kelingkingku. Aku tersenyum bahagia bersamanya,, akhirnya pertengkaran dan cerita masam manis telah matang menjadi kisah manis antara aku dan badai... lelaki dengan tinggi 179 cm debgan warna kulit khasnya yang sawo matang dan lesung pipi yang tampak saat tersenyum itu. Laki-laki yang begitu gentleman dalam mengejar cintanya,, lelaki yang cool, lucu, pengertian, ramah.. dia campuran dari semua kakak-kakak tingkat favoritku (tapi gak playboy loh) ya, karena aku adalah cinta pertama di kehidupan barunya (dulu pernah patah hati di kehidupan lama saat orang yang di cintainya menikah dengan teman sepermainannya semasa kecil, kasian ya). Tapi, tak mengapa, aku akan membuatnya bahagia bersamaku dan takkan membuatnya tersakiti seperti yang dulu.. “heeeeyyh,, nyeritain aku ya?” “nggak kokk,, cuma cerita tentang kucing peliharaan aku” hehe :D Selesai

Ketika Cinta (Memoriam with JK)

Waduh aku telat, meeting ini bakalan kacau, semua ini salahku,, kenapa sih wanita sering tak ingat waktu bila berbelanja?, " sabrina" panggil Azuwa, aku menoleh kebelakang, ketiga sahabatku melambai dari jauh dalam toyota yaris berwarna hitam itu. "Semangat" kata Chianta "Keep Smile" kata tamara " Ingat" tambah Azuwa aku tersenyum membalas lambaian mereka,, hftt, setidaknya mereka tidak membuatku gugup lagi, meski akhirnya Chianta tak jadi menemaniku karena tiba-tiba saja pak Tobroni memberi job padanya. begitupula Tamara dan Azuwa. ku acungkan jempol kananku ke arah mereka, setidaknya mereka tau aku baik-baik saja dan bisa melakukan ini. dengan langkah pasti aku berjalan menuju gedung pertemuan itu, cukup banyak orang, mobil-mobil yang berparkiran itu hampir penuh berjejalan di parkir area gedung itu. aku sadar bahwa bukan aku saja yang mengalami hal seperti ini. orang-orang yang berada di sini pun pernah juga merasa seperti ini, masa di mana menanggung beban tanggung jawab sendiri di hadapan orang asing yang belum pernah ku kenal sebelumnya. "Sabrina!" panggil bu Maimun menjemputku. aku tersenyum, disana telah ada pak Imron dan dua orang yang belum ku kenal. buru-buru aku mempercepat langkahku menuju mereka. "Maaf saya terlambat" kataku ,mengawali tatap muka dengan senyum. orang itu tersenyum padaku "ah, kami juga baru sampai" kata laki-laki ber kemeja biru yang berdiri di samping pak imron itu ramah. usianya sekitar 49 tahun sebaya dengan pak imron sementara laki-laki satu lagi berusia sekitar 36 tahun, aku yakin laki-laki yang satu ini lah yang di katakan pak Sulaiman. yang tidak mempunyai humour of sense itu. "oh iya, ini pak misran dan ini pak bayu" kata pak Imron menjelaskan. aku mengulurkan tangan kearah mereka. "Sabrina harun" kataku menebar senyum. laki-laki bernama Pak bayu itu agak kurang ramah, tersenyumpun seadanya. "saya kira yang di tunggu bernama Sabrina harun itu sudah umuran, hehe,, ternyata masih muda ya?, umur kamu berapa?" tanya Pak misran "26 tahun pak" jawabku. mereka tersenyum-senyum sambil termangut-mangut. "hm,, kita menunggu siapa lagi ini pak, bisa kita mulai sekarang?" "tunggu manager kami dulu, soalnya dia yang akan mengadakan meeting dengan kamu, sebenarnya saya, tapi saya hari ini di tugaskan untuk mengontrol pabrik karet di luar kota, pak mario bilang meeting ini penting, jadi sebaiknya dia yang datang langsung, tapi sepertinya dia terjebak macet" cerita pak bayu. "oh,, jadi bagaimana?, di tunggu di ruang meeting atau_" "itu dia pak mario" kata bu maimun menatap kebelakangku, aku menoleh "oh, maaf saya telambat" katanya berdiri tepat di depanku dengan tebaran senyumnya. hhhhhh,,, ia menatapku tersenyum, kelihatan sangat ramah. usianya sekitar 28 tahun, postur tubuhnya besar tinggi, mata, hidung, tangan, bahu, rambutnya, sepertinya aku kenal, aku pernah melihatnya "Anda Sabrina harun?" tanyanya , aku mengangguk, ia mengulurrkan tangan "Mario Putra" katanya menyebut namanya. ya, aku yakin, aku kenal dia. Matahariku entah sudah berapa lama aku melihatnya, tapi baru kali ini aku terfokus, pria berkemeja perpaduan merah putih dengan motif hati itu ku suka. entah apa yang ia perbuat hingga aku begitu terfokus padanya. aku merasa bahwa aku telah di hipnotis olehnya. aku tak tau apakah ini perasaan cinta. tapi yang pasti aku suka dengannya,, aku suka melihat tangannya, punggungnya, matanya, rambutnya,,, aku suka dan aku hampir gila karena itu. "tuhan, tolong aku" batinku saat ingin memasuki ------- mataku tiba-tiba seperti mempunyai chemistri dengan hal yang spesial di hati dan otakku. Yap, pria itu. entah siapa namanya, aku bahkan tak tau ingin menyebut dan memanggilnya apa dalam setiap cerita-ceritaku. aku bahkan bingung menulis namanya di diary ku,,, mungkin dua puluh tahun akan datang aku akan lupa dengan pemilik nama "dia" di diaryku. aku tau penyakit andalanku, maka dari itu aku berusaha mencari pengganti nama "Dia" dengan memanggilnya matahariku. itu panggilan yang cocok baginya. aku merasa segar saat berjemur di matahari pagi, begitu pula bila melihatnya meski matahari tertutup awan mendung. aku ceria dengan sinar-sinar terik mentari yang membelai tubuhku, begitu pula dia yang membuat ku yang murung oleh ke BT (bad Mood) dan BM (bad Mood)-an ku menjadi ceria dan tersenyum-senyum. mungkin ini yang orang bilang cinta "orang yang jatuh cinta akan merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya bila berada di dekatnya" itu kalimat yang ku ingat baik dari cerita-cerita kakak dan abang ku. tapi aku tidak tau apakah jantung ini akan berdetak beda dari biasanya bila bertemu dengannya? "Bina" bisik Nta "ada abang itu" katanya tersenyum-senyum di barengi Tamara dan Azuwa. kulihat mereka yang buru-buru masuk dan mengambil posisi duduk di kursi panjang. aku agak takut untuk melangkah, sebenarnya aku takut apakah jantungku akan benar-benar berdetak cepat? "nah,, Bina,, masuklah, katanya mau fotokopy?" kata Azuwa mengagetkanku. "iyaaa" kataku tersenyum tak enak. hfttt,, bismillahirrahmanirrahim, dengan enggan aku melangkah masuk kedalam, kulihat ke tiga temanku tersenyum-senyun dengan nada mengolokku. mereka tau bahwa aku menyukai Pria yang yang ku panggil matahari itu setelah beberapa bulan ku pendam dan tak menceritakannya pada mereka. aku berusaha tak mempedulikan cagilan mereka dan buru-buru menuju meja panjang untuk menyerahkan kertas-kertas teknologi benih di tanganku untuk di fotocopy. sesekali ku pandangi ketiga temanku yang seakan tak mengerti bagaimana perasaanku,, aku semakin was-was hingga tiba-tiba, "mbak, fotocopynya aku ambil duluan ya?" kata seseorang tiba-tiba berada tepat di belakangku. haaaa,, bulu kudukku merinding aku menyadari bahwa suara laki-laki tadi adalah suaranya, karena aku sempat menoleh sebentar. aduuhhh,, aku benar-benar tak tau melukiskan perasaanku saat itu. hanya sebentar saja, setelah itu aku tak tau lagi kemana dia, aku terlalu sibuk menganalisis perasaanku. hari-hari itu adalah hari yang bahagia bagiku, memiliki sosok yang ku suka dan menjadikannya penyemangat belajarku, penyemangatku untuk kekampus dan berprestasi. meski terkadang lesu bila hampir tiga hari tak melihatnya. "Nta, aku ke kelas ya?" kataku lesu, padahal Chianta sedang seru-serunya bersama Akhyar menirukan gaya Cherrybelle saat bernyanyi. langkahku lesu,, dan memilih duduk di kelas sendirian. hingga beberapa lama kemudian "Bina, Abang itu ada di depan" kata nya, aku buru-buru melihat ke jendela kaca. chianta benar!, oh tuhan,, aku bisa leluasa melihatnya dari sini, melihatnya berbicara dengan teman-temannya, melihatnya secara detail, tanpa takut ada yang curiga bahwa aku menatapnya dari kejauhan. aku senang sekali... seolah-olah, ada sesuatu yang meng-charge ku kembali untuk kembali bersemangat. oh,, aku rasa aku tak salah memilihnya untuk di sukai, menjadi fans tersembunyinya yang gila bila tak melihatnya, tangannya yang kekar itu setidaknya bisa menggendongku bila kami sudah menikah nanti, atau paling tidak mengangkut beras dan postur tingginya bisa membantu mengganti bola lampu. rambutnya yang hitam lurus itu, bisa memperbaiki keturunanku, setidaknya anakku kelak tidak mendapat ejekan dari teman-temannya dengan kata 'pirang' atau 'barat' sepertiku. masalah keimanan, aku sudah cukup puas melihatnya saat pulang dari kampus beberapa hari yang lalu di masjid tak jauh dari kampus. dan hatiku mantap menjadikannya pilihan hatiku. "aduh,, kenapa aku menangis?"desahku mengusap air mataku, hatiku tiba-tiba merasa iba, bagaimana bila seandainya dia bukanlah jodohku?. apa aku akan patah hati untuk kedua kalinya lagi?.. Ya allah,, aku suka dia... "bina, ada abang itu di depan kelas" kata tamara menghampiri ku. "kau tau tidak, ternyata dia itu alumni SMA 4, soalnya dia kakak kelasnya meri" "meri yang cerita ya?" tanya ku. tamara mengangguk. aku tersenyum, meski awalnya aku mengira aku takkan bisa tau siapa namanya, aku tak tau dia dari prodi mana, dan takkan bisa pernah tau ataupun dekat dengannya, karena aku teguh pada prinsipku. 'bukan hikayat bunga keluar mencari kumbang, bukan adat ayam keluar mencari musang' dan aku takkan pernah mau menghampirinya memberi sesuatu ataupun mengatakan bahwa aku suka dengannya, bagaimanapun harga diri ku sebagai wanita harus tinggi. tapi aku mengakui pepatah nenek jaman dahulu . "Dunia tak selebar daun kelor" itu salah.. !! semangat..! itu selalu ku ucap dalam hati hingga akhirnya aku menerima sebuah kabar gembira. "nama abang itu Rio" kata Chianta. "kau serius???" tanyaku tak percaya. tamara mengangguk, itu berdasarkan cerita dari Meri. "sumpah" kata chianta mengangkat kedua jarinya keatas." "ahhhhhhh,,,,,!!!! hahahhahhahaa,,, aduh, haaaaaaaaaa,,,, aku senaaaang,, aku senang, hahahhhahaahahaaa, terimakasihhhhh, oh, ya allah, haaaaaaa aku senaangggggg" teriakku kegirangan di dalam kelas sambil berlonjak menyuarakan kebahagiaan hatiku. untung saja waktu itu kelas telah sepi setelah di tinggal penghuninya yang baru saja menyelesaikan matakuliah terakhir. aku bisa menulis nama Rio di diaryku, aku bisa memberi nama pada lukisan yang aku buat hasil dari bayangannya di mataku, aku bisa mencoret,menulis, mengukir nama itu sepuas hatiku, dan itu sudah cukup membuatku puas. dunia ternyata selebar daun kelor!! :) "tapi" kata tamara "tapi apa ala?" tanyaku "dia sudah punya pacar, namanya Andara. mereka pacaran sudah hampir dua tahun" apa???? "selagi janur kuning belum melengkung, masih ada kesempatan ala" kataku tegar, tapi entah kenapa hatiku sakit, ini berita baik sekaligus berita buruk buatku, tiba-tiba hatiku terasa perih, aku_ aku tak bisa berharap lebih darinya, dan dugaanku benar. wanita yang sering bersamanya adalah kekasihnya meskipun sebelumnya aku menampik bahwa itu temannya, meski aku meyakinkan diri, meski Azuwa meyakinkan ku bahwa apa yang ku fikir belum tentu benar. tapi ternyata benar,,, ya allah,, tolong aku,, tegarkan aku,, tegarkan aku,, aku tak boleh menangis,, aku tak boleh kelihatan lemah dimata sahabat-sahabatku,, aku,,, aku,, aku menagis,,, mengapa aku selalu merasakan ini??? mengapa???, menyukai tapi tak berespon, mencintai tapi ada hati lain yang mengisi hatinya,, aku tak bisa lagi mengharap ia akan menggendongku bila menikah, mengganti bola lampu, mengangkut beras,,, aku harus hapus harapanku bermimpi menikah dengannya, menjadi istrinya, memiliki anak dengan rambut hitam lebatnya,, aku tak.... aku tak tau harus berkata apalagi tuk mengungkapkan perasaanku, yang pasti, aku patah hati dan menderita sakit yang aku sendiri tak tau bagaimana cara mengobatinya. mungkin aku harus melupakan matahariku meski takkan bisa. atau setidaknya aku akan berdiri diam menatap perjalanannya dan mundur perlahan tapi pasti menatap kebahagiaannya bersama wanita yang ia cintai hingga berakhir di pelaminan. breakkk!!! aku merasakan hidupku hampa, gelap. "tolong aku Allah, kembalikan dunia ku dari kematian ini..........." *** itu hanya masa lalu, tapi masa lalu yang membekas, mungkin saat ini ia telah menikah dan memiliki anak dengan kak Andara. dia pasti bahagia, lihat lah sekarang, dia semakin tampan saja, rambutnya yang terpotong rapi tak seperti sewaktu kuliah dulu, kemeja hitamnya itu begitu rapi dan pasti istrinya yang mempersiapkan semuanya, dia pasti bahagia memiliki kak Andara. aku bahagia dengan kebahagiannya, entahlah, apa ini perkataan jujur atau bohong. tapi, sebenarnya dia salah satu faktor penyebab aku melanggar pesan nenek padaku. "menikahlah di usia 25 tahun, kalau sudah lewat, susah mendapatkan anak, jangankan itu, bujang juga tak mau yang sudah kelewat umur" jangankan menikah, saat ini pacarpun aku tak punya, sampai-sampai semua keluarga besarku sibuk mencarikan calon suami buatku,, terserah mereka. aku juga tak punya hati lagi untuk mencintai setelah 2 kali merasakan patah hati. "Sabrina harun" panggil seseorang, aku menoleh mencari asal suara. "ya?" sahutku menyadari orang yang menyapaku adalah pak mario. "setelah meeting ini ada kegiatan lain?" "sepertinya tidak ada pak, ada apa ya?" tanyaku balik. ia tersenyum. entah apa yang ada di fikirannya. entah ia kenal atau tidak denganku bahwa aku pernah ada di fakultas yang sama dengannya dan menyukainya. huuu,, dia takkan ingat, siapa aku di kampus itu, hanya orang awam yang tidak ada karismanya untuk di buat terkenal. "bagaimana kalau saya traktir kamu makan malam, sebagai ucapan terima kasih dan dealnya kerja sama kita" apa katanya??, "tapi kan pak Imron dan yang lainnya tidak ada di sini pak?" "iya, saya tau, maksud saya kita berdua saja" apa maksudnya berkata seperti itu? apa ia tidak takut istrinya akan marah, ataupun tidakkah ia kasihan melihat istrinya menunggunya di rumah? "hmm,,, maaf pak, saya.." "oh, apa kamu ada janji dengan kekasih kamu?" tanyanya memotong pembicaraan. "bukan, ehm,,, tapi" "ok, maaf, lain kali saja" katanya tersenyum, "kamu pulang naik apa?" "ada yang jemput pak" jawabku. ia mengangguk kecil, lalu menebar lagi senyum kepadaku. "saya duluan ya?" katanya meninggalkan ruangan meeting "oh iya, saya lupa" katanya berbalik lagi kearahku yang mulai berdiri. "ada apa pak?" tanyaku kulihat ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, sebuah buku "sebenarnya ini yang membuat saya terlambat, saya harus membongkar-bongkar dahulu kamar saya untuk mencarinya" ceritanya memberikanku buku itu "buku apa ini pak?" tanyaku melihat buku agenda berwarna coklat yang hampir usang itu. "boleh saya minta tolong?" tanyanya. serius "ya?" jawabku masih bingung. "tolong tanda tangankan buku ini, saya sudah lama ingin melakukan ini, tapi susah sekali mencari sosok Sabrina harun di kota ini"katanya tersenyum "tanda tangan apa??" tanyaku semakin bingung. ia menatapku lekat,, "untuk seorang fans yang mengidolakan kamu selama 7 tahun" katanya,, , "ff,, ffaanss?, tapi saya bukan artis, saya tidak mempunyai bakat menarik apapun yang membuat seseoarang harus menjadikan saya seorang idola" kataku tak terima, dan hal ini semakin ganjil. "lagian tujuh tahun itu waktu yang lama, siapa fans yang bapak maksud?" "buka saja bukunya" katanya. aku menatapnya selidik, "sebentar" katanya mengangkat panggilan di hpnya. "ya?,, hm,, ya sayang,, abi pulangnya agak malam, kalau bisa abi usahakan bawa ya?kakak tunggu saja di rumah sama ummi, bilang sama ummi untuk sabar dan doakan abi,,," "tunggu sebentar ya Sabrina" katanya buru-buru keluar apa ku bilang, pasti anaknya menelpon, oh,, mereka begitu romantis dan bahagia sekali. ku buka buku itu perlahan untuk mengalihkan fikiranku yang kalut melihatnya yang mesra berbicara dengan istrinya. Namanya Sabrina harun, biasa saja tapi aku suka, menarik dan seakan menciptakan magnet-magnet di wajahnya yang membuatku selalu ingin dekat dengannya, selalu ingin melihatnya,,,. sulit sekali mengetahui siapa namanya, ku dengar banyak panggilan dari teman-temannya,Bina, Run, Sa, entah yang mana di percaya, meyakinkan ke empat teman yang dekat dengannya, tapi hasilnya aneh, yang benar saja namanya Mag. . nama yang lucu,, untuk gadis lucu sepertinya. dia suka denganku?? sebenarnya ini buku siapa dan tulisan siapa??, ada beberapa foto ku yang entah dari mana ia mendapatkannya. ini tak mungkin tulisan Mario, tulisannya jelas-jelas berbeda saat penandatanganan kontrak tadi, tulisan ini lebih bagus. ada seseorang yang menampangkan cerpen dengan identitas misterius, tapi kenapa ciri-ciri yang ditunjukkan seperti ciri-ciriku?, si penulis malah mengungkit detail baju favoritku,apa aku terlalu sering mengenakan kemeja itu??, sejak itu aku tak pernah lagi mengenakan kemeja itu, aku takut ada yang tau bahwa laki-laki yang di ceritakan di cerpen itu adalah aku, dan kalau andara sadar, dia akan habis-habisan protek terhadapku. aku berusaha mencari tau, hingga suatu sore aku melihat empat orang perempuan dengan tingkah mencurigakan mengendap membuka majalah dinding dan menempelkan sesuatu,, hahaha,, tau siapa dia antara mereka? Sabrina, dan dialah penulis cerita itu, aku tergelitik melihat tingkah laku mereka, begitu kompaknya saling bahu membahu membantu temannya mengungkapkan perasaan melalui cerpen misterius itu. sabrina,,,, gadis itu lucu. kemeja itu miliknya, berarti yang menulis ini mario??? oh,, jadi selama ini dia tau aku suka dengannya?? ahhhh,, bodoh sekali aku ini,,,, bodohhh Mencari sabrina,,, nihil Mencari sabrina,,, nihil Mencari sabrina,,, nihil Mencari sabrina,,, nihil, dan mungkin dia tidak ingin kutemui, atau setidaknya meminta sebuah perkenalan dengannya, gadis itu menghilang bak di telan bumi. Mencari sabrina,,, aku melihatnya di sebuah tabloid bisnis, tapi redaksi majalah bersangkutan tidak tau alamat lengkapnya, nomor yang di dapatpun tidak bisa di hubungi, sabrinaaa... ini akhir dari isi buku itu, buku setebal 100 lembar itu belum semuanya ku baca, apa ini diary mario?? tapi apa benar bahwa dia juga suka padaku dulu???, aku senang, tapi hanya sedetik yang lalu, karena aku sadar ini tidak mungkin, andara telah tertambat di hatinya, andara istrinya,, andara ibu dari anaknya,, lagipula itu hanya suka, bukan cinta, dia hanya suka padaku bukan cinta,, dia hanya ingin kenal dengan orang yang pernah mengidolakannya,dan aku bukan apa-apa di banding andara. hfttt,, jangan menangis bina.... buru-buru ku usap air mataku. "apa kamu?_" kata mario yang masuk kembali ke ruangan itu, ia terdiam melihat ku mengusap air mata "ha?, oh iya,, baru ingin saya tandatangani pak" kataku menganbil pena di tas ku, buru-buru ku tanda tangani "Sabrina, aku_" kata-katanya terhenti, ia menghela nafas pelan, aku perlahan menatapnya, bahasanya berubah, seperetinya ia mengakrabkan diri dennga ber aku kamu aku mengangguk,, menahan agar aku tak menangis di depannya "saya tau, bapak sudah tau bahwa saya dulu_, saya minta maaf pak, dan lupakan saja semua, lupakan tentang cerpen itu dan maaf untuk kesalahan saya membuat bapak tak pernah lagi mengenakan baju favorit bapak, saya minta maaf, maaf mungkin selama ini mengganggu bapak,,, maafkan saya.." kataku dengan mata berkaca-kaca, mengapa cerita luka itu terungkap lagi "permisi" kataku berlalu pergi dengan tetesan air mata. ya allah,, tegarkan akuuu, tegarkan aku ,,,, "Bina!" panggilnya mengejarku, "aku belum selesai berbicara" ku usap air mataku, dan perlahan berbalik, aku tak sanggup menatapnya,, aku tak sanggup melihatnya,, aku_ "pekerjaan saya sudah selesaikan??, saya sudah menandatangani buku itu, bapak bisa temui saya besok" "apa kau bisa menepati janjimu untuk menemuiku lagi besok?, aku tidak yakin, jadi tolong dengarkan aku, sabrina,, lihat aku" pintanya, dengan ragu aku menatapnya. "kau tau isi buku itu, kau tau aku suka denganmu, aku suka denganmu sejak kita masih kuliah dulu, aku telah mencarimu hampir lima tahun lamanya, kau tau, aku hanya ingin berkenalan denganmu dan meminta tanda tanganmu, aku menyukai cerita-ceritamu yangmenyangkut pautkan aku, aku ingin menebus kesalahanku yang pernah memendam rasa untuk berkenalan denganmu, aku ingin mengatakan bahwa aku suka denganmu" katanya, desah nafasnya agak terputus, aku mengangguk,, "ya, saya tau, sudahkan?, lagipula itu hak bapak, hak semua orang,, " "tapi aku ingin mendapatkan hak itu" katanya apa maksunya? "bapak tau bapak itu sudah berlebihan?, saya datang kesini untuk melaksanakan tugas saya, bukan bermeloria dengan cerita-cerita masa lalu, bapak tau kan bahwa kata-kata bapak tadi itu bisa membuat orang lain marah?!"kataku mulai marah "i dont care u know??, i wont do wrong for twice again!, setidaknya kamu tau bahwa selama ini aku suka sama kamu" katanya mulai terbawa emosi. di usapnya wajahnya, lalu tangannya merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sesuatu. please, maukah kamu menikah denganku?" katanya menyodorkan cincin kehadapanku, apa dia gila?? "jangan menceracau,, ini bukan sebuah permainan!!, saya tidak ingin menyakiti hati orang, bapak tau, gurauan bapak sudah kelewatan, saya tau bapak ingin menghina saya yang dulu pernah menyukai bapak_" "aku serius Sabrina, aku menanti ini selama beberapa tahun untuk mengungkapkannya,, apa aku terlihat berbohong??, hah?? apa yang harus aku lakukan agar kau percaya?" "apakah bapak sadar?, bisakah bapak berempati? memikirkan perasaan orang lain? bagaimana bila orang yang bapak cintai bersama orang lain?, apa bapak tidak bisa mengerti bagaimana rasanya bila di tinggalkan orang yang di cintai?" ataku menatapnya, nafasku terasa sesak,, nafas ini bagai di buru,, seirama dengan denyut nadi dan jantungku yang tak bisa terdeteksi. aku sudah menangis di hadapannya, aku tak mengira seperti ini kejadiannya. ia diam membisu, tiba-tiba ia merebahkan tubuhnya terduduk menyandarkan punggungnya. "apa kau sudah ada yang memiliki?, apa kau sudah menikah?" tanyanya menatap ku,, kenapa dia yang memvonisku sepeti itu tanpa mengintroveksi dirinya sendiri. "jawab aku apa ada laki-laki lain di hatimu saat ini?, apa kau punya suami?" tanyanya lagi.. "kenapa tanyakan saya seperti itu, seharusnya bapak lah yang menanyakan itu pada diri bapak sendiri,ok, bapak tau bahwa dulu saya suka dengan bapak, mengimpikan bapak menjadi suami saya kelak, tapi lihat masa depan, kita berjalan di masa depan, meski saya menyukai bapak, bukan berarti saya mau di poligami ataupun merusak rumah tangga bapak, bapak seharusnya ingat bahwa ada anak bapak yang menanti kedatangan bapak di rumah. jadi jangan menceracau dengan niat menikah dengan saya" jelasku. ia menatapku lekat. "hmm,, " ia menyengir, kemudian tertawa lepas,,, sambil menatapku, apa dia benar-benar gila?? atau dia hannya mempermainkan aku "ini tidak lucu" kataku kesal melihatnya yang tertawa. "ini lucu sabrina,, kau,, hahhaa, ehmm,,, seandainya aku belum menikah apa kau mau menikah denganku?" "itu tidak mungkin, karena bapak sudah menikah dan memiliki anak sekarang, jadi jalani hidup bapak send_" "bisa kan tidak memanggilku bapak?" "terserah,"kataku meninggalkannya, karena aku merasa di permainkan olehnya,, lelaki yang salah untuk ku cintai, tak sebaik yang aku bayangkan, aku benci!, aku benci mengatakan perasaanku dan menangis di depannya. "sabrina!!" panggilnya aku tak peruli "sabrina!!" teriaknya lagi "kau salah sangka!" "aku belum menikah!" teriakmya, langkahku terhenti untuk memastikan wajahnya, perlahan ia berdiri dan menghampiriku "aku hanya akan menikah dengan orang yang membutuhkanku sebagai mataharinya" "jangan mengada lagi" "apa aku terlihat berbohong?, ok, kita memang tak saling mengenal, tapi pencarian jati diri yang selama ini kita lakukan memudahkan perkenalan itu" "jangan berbohong" "kau ingin aku apa agar kau percaya?" "aku tiak bisa di tipu, ummi, kakak, itu keluarga barumu, aku tidak suka dengan playboy sepertimu, mau kau apakan Andara?" ia tertawa "dengar, ummi itu ibuku, dan kakak itu kakak kandungku, mereka menelpon tadi karena ingin mengetahui ceritaku, apakah aku dapat megajakmu kerumah untuk makan malam sekaligus mengenalkanmu pada mereka. masalah andara, dia sudah menikah, sekarang dia di jakarta dengan suami dan ke dua anaknya" "kau serius?" ia mengangguk,, "jika saja tidak ada kontrak ini mungkin aku takkan menikah untuk usia yang hampir menginjak kepala tiga, lihatlah 28 tahun membujang hanya ingin menunggu seorang wanita pelupa yang sering melupakan barang miliknya" katanya memperlihatkan pena ku di tangannya. aku tersenyum, "sabrina harun" "ya?" "apa kau memiliki laki-laki lain di sisimu saat ini?" aku menggeleng "menunggu matahari yang tak kunjung terbit" "tapi sekarang aku telah terbit" katanya tersenyum "Sabrina harun" "a haa?" "maukah kau menemani hidupku yang akan selalu berusaha menyinari hidupmu sampai kita kakek nenek dengan menjadi istriku?, maukah kau menikah denganku?" perlahan aku mengangguk dengan seulas senyum bahagia yang terkembang di bibirku. hffttt,, hati ini lega,, "sungguh?" tanyanya, aku mengangguk "terimakasih !" katanya, buru-buru ia mengambil hpnya menelpon seseorang "ummi,,,, abi mau menikah!" katannya girang. "sttt,,,,! jangan teriak-teriak mario, malu di lihat orang" kataku "upss, sorry" katanya tersenyum mengusap kepalaku hhhh,, terimakasih ya allah, untuk duka yang kau akhiri dengan bahagia ini. aku ingat pepatahku dulu saat masih kuliah "dunia selebar daun kelor" itu benar !

Si pencuri hari di seberang trotoar 3 (fatamorgana di mendung siang itu)

(ihhh, judulnya aneh deh, biasanyakan fatamorgana tuh munculnya di terik matahari yang menyengat) ehmm, aduh jangan hujan deh, plisss, pakaian-pakaian di rumah belum di cuci. Kalau yang ini baasah juga, besok pakai apa? (lho kok??, bajunya di pakai dua kali sehari dunk?) langit-langit pada gelap, lampu utamanya tertutup awan tebal berwarna abu-abu kepekatan. Entah apa untungnya bagiku bila mendung seperti ini. Bang saman entah kemana lagi, katanya mangkal di dekat parkir motor. Tapi kemana sih??, mendung-mendung gini pemandangan jadi suram. Gelap,, di tambah lagi sosok yang akan di cari ini berkulit kehitaman (gak hitam seperti arang juga kalii) di tambah lagi dengan rompi persatuan ojeknya yang berwarna hitam serta helm yang setia melekat di kepalanya berwarna hitam juga. Nah belum lengkap rasanya kalau gak kasih tau bahwa motor bebeknya juga berwarna hitam (bang saman serius black nii) oiii, kenapa cerita bang saman?? tapi dia kemana ya?, eiippppp stoopppp !!! “astaga !!, fatamorgana itu datang lagi!” desahku menutup mulutku yang dari tadi ternganga karena kaget. Kau tau kan fatamorgana yang menghasilkan bayangan semu berupa sosok cowok tampan nan cute. Haduuuhhhhh kok tiba-tiba jadi panas ya?, gerahh,, apa karna hari akan hujan?. Aduhh,, tanda-tanda apa ini?. Setiap melihat fatamorgana itu.keadaan tubuhku tak sesuai dengan keadaan lingkungan saat ini. Apa mungkin dia malaikat pencabut nyawa yang akan mencabut nyawaku??? doohh,, kau jadi merinding, panas dingin,, entah karena takut atau apa yang pasti perasaanku aneh!!. aku seakan tak mendengar suara apa-apa kecuali TEEETTT ehhhh,,, !! #*”|*\;`~@?((*^#!! aduuuuuuhhhhh,, sakitttt !. Gila nih orang ! Tidak punya mata apa? Main sembarang-sembarang nabrak. Ku pegang kaki kiriku dan siku kananku yang lecet dan berdarah “ehh,, maafff maaf !!” kamu tidak apa-apakan?” orang yang menabrak itu menghampiriku yang terduduk di tanah. Aku ingin marah !! “kamu!!” ouppsss,, waitt ! Cowok itu!. Huaahh sadar,, sadar bina ! Itu malaikat pencabut nyawamu!!! “aduh, aku mau pingsan aja deh”

Si pencuri hati di seberang trotoar 2 (FATAMORGANA BERSOSOK MAHLUK CUTE)

postur tubuhnya tinggi, keren, tidak begitu tampan, tapi aku berani bertaruh sekeping 25 rupiah (lho kok??”) kalo cowok itu manis, cute cute cute banget. Kayak madu deh manisnya. Tapi dia hanya fatamorgana yang muncul di siang-siang terik pada jalan yang kering (emang bentuknya kayak air, Pake fatamorgana-morganaan??) huuuu menyadari bahwa dia adalah fatamorgana yang menyesatkan pandanganku, aku jadi lesu :( lagian aneh deh,, kok fatamorgana sesosok mahluk tampan nan cute. Ini pasti gara-gara pembicaraan Vita, Ria, Arini dan Lily yang lagi doyan-doyannya ngomongin cowok. Entah siapa yang pasti butuh waktu lebih dari satu jam untuk membicarakan kelebihan cowok itu. “siapa sih??” “ihh, mau tauuu ajjahh!” kata lili sinis dengan nada centil (kayak mana tuh reaksinya yah??) ihhh,, itu yang di kesalkan !!. alasan mereka: “disebutin juga kamu bakal gak tau” HELLOOOOWWW kan prinsip kakek nenek jaman dahulu itu kan begini bunyinya “ehmm,,, TAK KENAL MAKA TAK CINTA” (kurang lebihnya maklumi saja :P) “huuu,, bilang aja mau ikut-ikutan ngincar” ledek rini. Kan, mereka tuh sirik ajjah deh, doohhh, sebagai seleb yang jadi pusat perhatian tiap cowok dan dan cewek, harus banyak-banyak sabar deh (kok aku yang bacanya jadi mual ya?. Mau muntah) (heh, kamar mandi, WC) (sama saja lah). “ya udah kalo gak mau ceritain siapa orangnya. Gak masalah juga, keren menurut kalian belum tentu juga keren menurut aku. Dah, have fun ajjah sama tuh cowok” kataku meninggalkan mereka. Dont care deh siapa yang mereka ceritain eh.. huuuhhh tapi si brain ngajak mikir terus siapa cowok yang jadi topik pembicaraan mereka?? blouuuppp makanya kepikiran sampe melihat fatamorgana bersosok lelaki tampan nan cute di seberang trotoar. Aneh-aneh saja nih otak cara mikirnya huuuu :P

Si pencuri hati di seberang trotoar

hufffftt,,, terik matahari menyengat!, panas,, suara klakson- klakson mobil turut memperkeruh suasana siang itu...,macet... dan penuh debu. Aku benci hal seperti ini !! bang Saman, ojek yang biasanya mengantarku pulang tak kunjung tiba.. “aduh,, kemana sih bang??” gumamku dalam hati dengan rautan wajah yang tak enak untuk dilihat. Dua menit kemudian 'halllahh bang,,,kemana nih???.'kini suaraku terdengar kesal aku agak sedikit mendongak celingak-celingukan mencari bang Saman di antara kepadatan kendaraan yang berlalu lalang di jalan besar itu. Eh... eh... tunggu sebentar pandangan mataku terhenti sejenak tepat di seberang trotoar... (pasti bang saman,syukur deh...) bukan ! Sesosok mahluk manis berkemeja biru dengan tas ransel di punggungnya. aduh, kok tiba-tiba aku seperti berada di ruangan ber AC ya??, dingin. Tak terasa lagi panas matahari yang seakan-akan dua jengkal dari kepalaku. Aku tersipu-sipu. Mataku terus menatapinya yang kelihatan sedang menatapi layar ponselnya. “ihh,, cute bangeeeet” uhp,, ponselku berbunyi “di mana mbak?” “di,, dii.. ehmm Eh maksud saya, jemputnya nanti saja bang, setengah jam lagi ya?” “oh iya mbak” tutup bang saman biarin deh panas-panasan yang penting bisa melihat “eh lohh !!!” cowok tadi mana? Kok hilang?? yahhhh :( benci benci benci !! “halo bang saman” “iya mbak” “jemput, di depan gerbang” “lho??, tadi katanya setengah jam lagi” “aduh, udah,, jemput aja bang, panas nih,,, AC nya tiba-tiba saja mati” “lho??, ac mana mbak?. Kan di tepi trotoar” “ad_” tut tut tut huhh !!, pulsaku habis :(