Translate

Minggu, 29 September 2013

LUPA

Ulang tahun yuna
 “bii!!!” Teriak kak anggi dari luar kamar. Ia mengetuk pintu agak keras hingga membuatku tersadar dari tidur siangku. Padahal, waktu istirahat ini sangat penting setelah beberapa jam yang lalu aku menghabiskan waktu berpeluh ria mengelilingi satu kelurahan untuk meminta kontak person setiap rt di kelurahan itu.
 “apasih kak,, ??” Kataku enggan untuk bangun sekedar membuka kunci pintu kamar itu setidaknya ia berhenti mengetuk pintu itu kuat-kuat. Huh, palingan ngomong hal yang tidak penting.
“buka!!”Teriaknya.
Busyet deh, teriak sampai segitunya. Aku buru-buru bangun membuka kunci pintu kamar itu. Sambil mengucek-ngucek mata aku menatapnya yang berdiri sambil berkacak pinggang menatapku garang.
“ngomong baik-baik bisa kan?, gangguin tidur siang aku aja” kataku menatapnya yang masih dengan tatapan garangnya.
“kamu ini kelewatan ya?” Katanya mencubit hidungku.
“enak-enakan tidur siang!” Katanya geram.
 “apaan sih? Salah apa coba kalau tidur siang, biasanya juga begini”
“kamu ingat?, dian ada diluar, tertidur di kursi teras nungguin kamu!”
 “dian?” Aku bingung. Astaga!!,, aku menepuk dahi. “dian!!” Teriakku berlari menuju kursi teras. Laki-laki itu tidur dalam keadaan terduduk di kursi teras sambil memeluk helmnya. Aku lupa, siang tadi dia yang antar aku pulang. Kami sudah janji datang ke acara ulang tahun yuna setelah sebelumnya mengantarku pulang untuk ganti pakaian.
“dian, sayang,, maafin aku.. Aduh maaf” kataku berjongkok menatapnya yang pulas. dian yang yang merasa berisik terbangun.
Wajahnya agak heran melihatku ada dihadapannya, masih dengan kaos oblong dan celana pendek selutut. “sayang maafin aku, aku lupa” kataku dengan rasa bersalah.
“jam berapa sekarang?” Tanyanya
 “aku ganti pakaian sekarang ya?” Kataku berlari memasuki kamar.
 “gak usah bi,, udah selesai juga” katanya setelah melihat jam tangannya.
“gak,, gak apa-apa,, kita harus datang!!” Teriakku buru-buru mengganti pakaian.
 v(^_^)v

 Taman kota 
Pagi ini matahari dibutuhkan sebagaimana mestinya, waktu yang tepat untuk berpeluh. Sedang asyiknya beristirahat sambil mengganjal perut dengan burger pakde jarwo tiba-tiba sebuah pengendara sepeda berhenti tepat didepanku.
 “hai bii,,, tumben nongkrong di taman kota” katanya tersenyum menatapku. Namanya lia, dia teman satu kampus dan juga tetangga didekat rumah.
“iya, sambil olah raga”
 “sendirian ya?” Tanyanya..
 Aku mengangguk.
 lia menyandarkan sepedanya ditepi pohon tak jauh dari aku duduk. Lalu duduk disampingku
“makan burger li”
“iya, eh,, pulang sama siapa?, bareng aku aja yuk?” Ajaknya
“sekarang?”
 “iya, matahari udah terik banget nih”
“hmm,, sebentar, apa yang lupa ya?” “ponsel, dompet?”Lia mencoba membantu mengingat. Gadis itu sudah tau penyakit andalanku.
Aku merogoh saku celanaku, ada dompet, ponsel dan kunci “ada”
“yaudah, ayo” ajaknya mengembil sepedanya.
Aku menurut dan duduk saja dibelakangnya.
Digerbang perumahan, ponselku berbunyi. Kuangkat. “ya sayang?”
“bi,, kamu dimana?” Tanyanya. Suaranya terdengar was-was.
 “aku dijalan, menuju rumah”jawabku polos, tumben-tumbenan dian menelpon dengan nada was-was seperti ini.
 “pulang?, pulang sama siapa???. Bi, kan aku suruh kamu tunggu di bangku taman itu selagi aku pergi beli minum bii,, kunci motor sama kamu, bagaimana aku menyusul kamu kesana??!” Katanya dengan suara hampir histeris.
Aku diam,, astaga!. Penyakit ini semakin parah. “aduhh,, maaf maaf sayang.. Aku pulang kesana ya?” Kataku kaget. “lia,, dian ketinggalan ditaman,, kunci motornya sama aku”
 “astaga bi!!, tadi aku tanya kamu sama siapa, kamu bilang sendirian”
“aku lupa” kataku kesal.
V(^_^)v

Surat putus 
Dee sayang Ini tidak bisa dibiarkan.. Aku tidak bisa bersikap bodoh dan berfikir kau terima saja saat aku sering memperlakukan seperti ini karena penyakit lupaku yang akut. Kau telah banyak menderita dan mengalami banyak masalah karena aku. Karena penyakit ini. Kau pasti sudah lelah, capek dan mungkin bosan menjadi pacarku. Aku tidak ingin di kasihani dan membuat orang mengalami masalah karena aku. Jadi mungkin lebih baik kuungkap saja semua dengan surat ini akan lebih mudah dari pada kubicarakan langsung. Aku takut aku akan lupa dengan apa yang akan aku katakan padamu. Dee sayang,, Aku minta maaf,, maaf,, Mungkin sebaiknya hubungan kita tidak dilanjutkan lagi. Aku tidak ingin kau menderita lagi karena aku,,, siapa yang mau menjadi kekasih gadis pelupa yang bahkan pacarnya sendiri tidak diingatnya. Maafin aku,, aku sayang kamu Kata terakhir selesai kuketik bersamaan dengan jatuhnya air mata ini di kedua pipiku. Setelah ini, surat ini akan langsung kukirim keemail dian. Lebih cepat lebih baik sebelum aku lupa untuk melakukannya. Huh,,! Sebenarnya aku tidak ikhlas melakukan ini. Tapi ini demi kebahagiaan dian. Karena aku sayang dia, makanya aku biarkan dia bahagia mungkin bersama orang lain. Tidak dengan gadis pelupa sepertiku. 
“setidaknya aku tau, kau tidak lupa bahwa kau sayang padaku bii” kata seseorang berdiri di ambang pintu kelas sambil menyilangkan tangan didada. Orang itu dian, ia menatapku dengan tatapan
 “dian?, kok kamu ada disini?” Tanyaku mengusap air mataku.
“jemput kamu”jawabnya
“tapi, tau dari mana kamu tau kalau..” Aku bingung menatapnya.
Ia menyegir kecil, lalu berjalan menghampiriku yang sejak tadi duduk sendirian dimeja dosen. “kamu lupa kalau laptop ini masih tersambung ke infocus?” Tanyanya menunjuk papan tulis dibelakangku.
Aku menoleh kebelakang. Aduh!, bodohnya akuuu,,,!. Aku lupa mencabutnya setelah sebelumnya laptop ini digunakan presentase di matakuliah terakhir. Surat itu terpampang jelas di papan tulis tepat di belakangku. “dee,, aku” aku ingin membicarakan ini secara langsung. Tapi aku takut menatap matanya.
Ia menarik kursi tak jauh darinya lalu duduk disampingku “bii” panggilnya, aku menatapnya “apa pernah aku bilang kalau aku bosan, capek, lelah jadi pacar kamu?” Tanyanya.
 Aku menggeleng “tapi, mungkin saja kamu pendam semua itu demi jaga perasaan aku dee”
“kamu tau kan aku kayak mana?, kalau aku bilang tidak suka, aku akan bilang tidak. Selama ini aku tidak pernah menjadikan sifat lupa kamu itu sebagai satu masalah buat aku. Aku sayang kamu, dan rasa itu yang buat aku bertahan sama kamu, rasa itu yang buat aku menerima kamu apa adanya, dan satu yang aku tau, kamu tidak pernah lupa bahwa kamu sayang sama aku. Itu yang penting”
“jadi?”
“jadi, hapus ini” katanya mendelete surat yang ku ketik tadi. “jangan nangis, jangan berfikir untuk mengucap kata putus lagi, dan jangan pernah berfikir aku tidak nyaman dengan keadaanmu sekarang. Aku janji, aku akan bantu bidadariku ini untuk ingat lagi,, utamanya ingat dengan pacarnya hehee” dian tertawa sambil mencubit hidungku.
Aku tersenyum menatapnya. Matanya, aku ingat tatapan itu masih sama dengan tatapan pertama kali kami bertemu. Hmm,, aku tau aku memang pelupa. Tapi aku ingat bahwa aku tidak lupa kalau aku menyayangi seseorang kekasih yang menerimaku apa-adanya. Dian.
The end